Ilustrasi. (FOTO: MTVN/Annisa Ayu Artanti)
Ilustrasi. (FOTO: MTVN/Annisa Ayu Artanti)

Mengulik BBM Standar Euro 4

Annisa ayu artanti • 28 Oktober 2017 17:12
medcom.id, Jakarta: Mengubah kebiasaan mengonsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) berstandar Euro 2 menjadi standar Euro 4 bukan perkara gampang. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin itu istilah paling tepat menggambarkan kondisi otomotif dan BBM di Indonesia saat ini.
 
Mengutip laman Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Euro adalah penamaan untuk standarisasi emisi gas buang kendaraan di negara-negara Uni Eropa. Standarisasi Euro digunakan untuk mengurangi polusi udara dari gas hasil pembuangan mesin kendaraan.
 
Emisi kendaran bermotor mengandung gas karbondioksida (CO2), nitrogenoksida (NOx), karbonmonoksida (CO), volatile hydro carbon (VHC), dan partikel lain yang berdampak negatif pada manusia ataupun lingkungan bila melebihi ambang konsentrasi tertentu. Semakin tinggi standar Euro yang ditetapkan, semakin kecil batas kandungan gas buang oleh kendaraan tersebut.

Awal 1990, Uni Eropa mengeluarkan peraturan yang mewajibkan penggunaan katalis untuk mobil berbahan bakar bensin atau yang sering disebut standar Euro 1. Hal ini bertujuan untuk memperkecil kadar bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor. Lalu, secara bertahap Uni Eropa memperketat peraturan menjadi standar Euro 2 di (1996), Euro 3 (2000), Euro 4 (2005), Euro 5 (2009), dan Euro 6 (2014).
 
Sementara itu di Indonesia, sejak 2005 sampai saat ini masih menggunakan Euro 2. Tak sedikit pula kendaraan pribadi atau kendaraan umum yang masih menggunakan standar BBM di bawah tersebut.
 


 
Strategi Mendorong Penggunaan Euro 4
 
Meskipun demikian, pemerintah melalui BUMN, PT Pertamina (Persero) menyampaikan bahwa konsumsi BBM dengan kadar oktan rendah seperti premium sampai saat ini terus menunjukkan penurunan. Data semester I-2017 mamaparkan konsumsi BBM berkadar oktan 88 itu hanya sebesar 42,4 persen dari seluruh pangsa pasar gasoline lain seperti pertalite (oktan 90), pertamax (oktan 92), dan pertamax turbo (oktan 95).
 
Secara rinci, konsumsi premium pada semester I-2017 sebesar 3,82 juta kiloliter (kl) atau turun dari periode sebelumnya 5,8 juta kl. Senior Vice President (SVP) Fuel Marketing & Distribution Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto menuturkan, masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai sadar untuk menggunakan BBM yang lebih baik.
 
"Premium memang terus menurun karena konsumen lebih memilih kualitas yang lebih cocok dengan kendaraannya (motor dan mobil) dan lebih efisien dengan harga terjangkau," kata Gigih kepada Metrotvnews.com, Sabtu 28 Oktober 2017.
 
Sementara BBM dengan kualitas lebih tinggi lainnya seperti pertalite, pertamax dan pertamax turbo menunjukkan peningkatan konsumsi. Secara total, pada enam bulan pertama 2017, gasoline itu menyentuh 12,4 juta kl atau naik dari konsumsi sebelumnya 9,75 juta kl.
 
Baca: Menuju Euro 4, Kilang Unit V Mulai Produksi Pertamina Dex Kualitas Tinggi
 
Gigih menjelaskan, Pertamina akan terus berusaha menyiapkan BBM dengan kualitas terbaik. Seperti untuk BBM standar Euro 4, perusahaan pelat merah itu tengah mempersiapkan beberap strategi seperti persiapan kilang-kilang baik kilang baru dan peningkatan kualitas kilang.
 
"Pertamina mempersiapkan strategi untuk memenuhi BBM Euro 4 melalui megaproyek pembangunan kilang baik Refinery Development Master Plan (RDMP) maupun Grass Roots Refinery (GRR)," jelas Gigih.
 
Pada Juli 2017, kilang Pertamina RU VI Balongan sudah berhasil memproduksi BBM pertamax dan pertamax turbo low sulfur high quality dengan standar emisi Euro 4. Komponen blending pertamax turbo low sulfur terdiri dari Polygasoline ex Unit 20 (Catalytic Condensation Unit) sebesar 42 persen, HOMC ex KLBB 33 persen dan RCC Naptha sebesar 25 persen dengan kemampuan produksi pertamax turbo low sulfur high quality 60 MB per bulan.
 
Sedangkan komponen blending pertamax 92 low sulfur high quality terdiri dari RCC Naptha 44 persen dan HOMC ex KLBB sebesar 56 persen dengan kemampuan produksi Pertamax Low sulfur ±700 MB per bulan serta  pemenuhan komitmen premium sebesar ±1.300 MB.
 
Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan, BBM dengan standar emisi Euro 4 yang diproduksi kilang RU VI merupakan komitmen Pertamina dalam menerapkan peraturan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 Tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm, yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
 
Baca: BBM Standar Euro 4 Diterapkan 2019, Premium Siap Dihapus
 
Selain itu, pada awal Agustus 2017, Pertamina Unit V juga berhasil memproduksi Pertamina Dex High Quality. Pertamina Dex High Quality atau PertaDex HQ merupakan bahan bakar diesel berkualitas tinggi, dengan Cetane Number minimal 53 membuat start mesin lebih mudah, pembakaran lebih cepat, kompresi tingi dengan tarikan lebih ringan, dan suara mesin lebih halus.
 
"PertaDex HQ memiliki kandungan pengotor Sulfur maksimum 50 ppm membuat emisi lebih bersih dan ramah lingkungan yang berarti sudah memenuhi standar kandungan sulfur Euro 4," kata Area Manager Communication & Relations Kalimantan, Alicia Irzanova.
 
Menurutnya, ini merupakan komitmen Pertamina untuk berinovasi menciptakan produk produk ramah lingkungan. Ke depan, Pertamina akan terus menyempurnakan kualitas produk sehingga memenuhi standar Euro 4 secara menyeluruh.  
 
"PertaDex HQ sesuai untuk kendaraan Diesel Common Rail System seperti Toyota Innova, Fortuner, Hilux, Mitsubishi Pajero, Triton, Ford Ranger, Chevrolet Captiva, BMW Diesel, dan lain-lain," imbuh Alicia.
 
Dalam kesempatan wawancara khusus dengan Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik, ia juga mengungkapkan, bahwa saat ini perusahaan migas pelat merah ini tengah konsen untuk memperbaiki kualitas BBM demi meminimalisir emisi. Meskipun, diketahuinya sebagian BBM yang dikonsumsi masyarakat sampai saat ini masih berstandar Euro 2.
 
Tak tanggung-tanggung, ia pun berencana membeli teknologi untuk menghasilkan BBM dengan kualitas jauh lebih baik. "Kalau saya simple, jangan sampai kita hidup dihari ini kita beli teknologi yang kemarin. Tidak mau saya. Paling tidak, kita beli teknologi yang sekarang," kata Elia seraya menunjukan bahwa Pertamina mampu membeli teknologi untuk menghasilkan BBM berstandar Euro 6 dan 7.
 
Dunia Otomotif Sambut BBM Euro 4
 
Dunia otomotif pun menyambut kedatangan BBM Euro 4. Beberapa produsen mobil yang menyambutnya adalah Mitsubishi Fuso. Pabrikan kendaraan komersial dari Jepang tersebut akan mempersiapkan produk-produknya menjadi standar Euro 4. Mereka tidak ingin menunda-nunda mengubah standar emisi gas buang mereka yang saat ini masih di level Euro 2.
 
"Tentu saja ada persiapan-persiapan, dan kami sedang menuju ke sana," ungkap Direktur Pemasaran PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), Duljatmono beberapa waktu lalu.
 
Senada dengan Mitsubishi Fuso, Marketing Head of Brand Development and Marketing Research 4W PT Suzuki Indomobil Sales, Harold Donnel juga mengungkapkan, terkait BBM Euro 4 pihaknya sudah melakukan rapat-rapat internal. Namun, pihaknya masih menunggu keputusan Pemerintah.
 
"Soal Euro 4 kami sudah rapat internal, dan Kami mendukung program pemerintah. Hanya saja kami masih menunggu keputusan final dari pemerintah mengenai spesifikasinya," ujar Harold.
 
Secara teknik, lanjut Harold, Suzuki sudah memiliki kesiapan untuk memproduksi mobil dengan standar emisi Euro 4. Mereka tinggal menyesuaikan dengan kondisi pasar. Bahkan untuk mobil bermesin diesel, sudah bisa disediakan sejak 2018.
 
Daihatsu pun juga menyatakan dukungan terhadap kebijakan pemerintah tersebut. Bahkan mereka juga menyatakan kesiapannya untuk memproduksi mobil dengan standar emisi Euro 4.
 


 
"Kami sudah mendengar dalam kurun waktu satu setengah tahun ke depan, kami semua harus sudah sesuai dengan bahan bakar Euro 4. Berbicara hal tersebut kami semua siap," kata Executive Officer Research and Development PT Astra Daihatsu Motor (ADM), Pradipto Sugondo.
 
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia sempat mengumumkan akan segera memberlakukan standar emisi Euro 4. Pemberlakuan ini sesuai amanat Peraturan Menteri (Permen) LHK No. 20/Setjen/Kum.1/3/2017 tanggal 10 Maret 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.
 
Pemberlakuan peraturan untuk standar emisi Euro 4 kendaraan bermotor tipe baru dan yang sedang diproduksi berbahan bakar bensin, mulai 10 Oktober 2018. Sedangkan untuk kendaraan bermotor tipe baru dan yang sedang diproduksi berbahan bakar diesel mulai diberlakukan 10 Maret 2021.
 
"Sesuai kesepakatan dengan Menko Perekonomian, mau tidak mau 18 bulan setelah Permen ditandatangani 10 Maret 2017, Euro 4 sudah harus diberlakukan," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, M R Karliansyah.
 
BBM berstandar Euro 4 memiliki banyak dampak positif, Euro 4 dapat mengurangi polusi sehingga kualitas udara semakin baik. Udara yang lebih bersih akan menguntungkan semua orang. Selain itu, dampak positif lain dari penerapan BBM standar Euro 4 terhadap dunia otomotof di Indonesia adalah industri manufaktur tidak perlu lagi membuat dua mesin dengan standar emisi berbeda.
 
Saat ini, Kementerian Perhubungan bersama dengan BPP Teknologi tengah menyiapkan fasilitas uji laik jalan untuk kendaraan bermotor roda dua dan empat yang menggunakan BBM standar Euro 4.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan