Sekretaris Perusahaan Trenggono Sutioso mengatakan, biaya tunai feronikel Antam mencapai USD3,4 per pon atau di bawah harga jual rata-rata dunia saat ini. “Cash cost kita juga sudah berada di second quartile untuk produsen feronikel berbiaya rendah,” ujar Trenggono, Selasa (20/12/2016).
Trenggono mengatakan, meskipun perluasan smelter Pomalaa tuntas, perusahaannya tetap melakukan perbaikan dan pembaruan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang sebelumnya sudah dimiliki. "Engine lama tipe 18v46 akan di-retrofit agar bisa menjadi dual fuel yakni Marine Fuel Oil (MFO) dan gas, saat ini sedang proses,” kata dia.
Dengan penyelesaian perluasan smelter Pomalaa selesai Antam klaim produksi feronikel perusahaannya bisa mencapai 27ribu sampai 30ribu ton nikel dalam feronikel (TNi) dari sebelumnya 18ribu sampai 20ribu TNi.
Proyek pengembangan hilir Antam lainnya pada akhir tahun ini juga akan memasuki babak baru. Setelah ekspansi kapasitas smelter feronikel Pomalaa rampung, perusahaan itu melanjutkan pembangunan smelter di Halmahera Timur. Kabarnya penandatanganan kontrak engineering, procurement, and construction (EPC) untuk Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) akan ditandatangani minggu ini.
Berdasarkan catatan, Antam menunjuk konsorsium unincorporated Kawasaki Heavy Industries, Ltd dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebagai pemenang tender kontrak EPC untuk Phase-1 Line-1 pabrik feronikel Haltim dengan kapasitas produksinya mencapai 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Trenggono menyatakan, saat ini perusahaannya terus melakukan percepatan. “Ekspansi di proyek hilir ini adalah strategi yang tepat untuk meningkatkan profitabilitas dan imbal hasil seiring dengan peningkatan harga nikel dunia," ujarnya.
Selain untuk kepentingan Perseroan, pembangunan smelter di Halmahera Timur diharapkan akan memberikan multiplier effect yang cukup besar terutama untuk pembangunan di wilayah Indonesia Timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News