"Kita proyeksikan terjadi peningkatan di 2017. Jadi seimbang penurunan premium dengan kenaikan pertamax," kata Vice President ISC Pertamina Daniel Purba di Gedung Pertamina, Jakarta, Jumat 7 April 2017.
Daniel menuturkan, impor pertamax (RON 92) melonjak dari 8 juta barel pada 2015 menjadi 12 juta barel pada 2016. Sementara jenis premium (RON 88) mengalami penurunan 73,4 juta barel atau turun 25 persen dibandingkan 2015.
Baca: Permintaan Konsumen terhadap BBM Jenis Pertalite dan Pertamax Terus Meningkat
"Pertamax 2016 konsumsi meningkat hampir tiga kali lipat," ungkap Daniel.
Sementara itu, mogas 88 mengalami penurunan 28 juta barel pada 2016 lantaran sudah beroperasinya kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur dan Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) Cilacap, Jawa Tengah.
Baca: Strategi Harga Jual Tepat Dorong Konsumsi Pertamax
Berdasarkan data ISC, Pertamina memprediksi kenaikan impor gas elpiji pada 2017 sebesar 4,95 juta ton, naik dari impor di 2016 sebesar 4,4 juta ton. Sementara impor di 2014 sebesar 4,18 juta ton.
"Impor yang meningkat karena konversi minyak tanah ke gas sudah semakin meluas, kemudian memang karena demand dari elpiji ini juga terus meningkat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News