Sementara, total penjualan perusahaan berkode emiten ANTM itu tercatat sebesar Rp1,65 triliun. Volume penjualan emas di triwulan I 2017 mencapai 2.128 kilogram (kg), sementara volume penjualan feronikel tercatat 2.562 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Meski mencatatkan laba, perusahaan pelat merah itu mengalami penurunan produksi feronikel pada triwulan I 2017, sehingga hanya memeroleh produksi 2.934 TNi dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 4.357 TNi.
Menurut Pelaksana harian (Plh) Sekretaris Perusahaan Aprilandi Hidayat Setia, hal itu terjadi karena pengerjaan roff replacement Electric Smelting Furnace (ESF)-3 dan optimasi fasilitas produksi pabrik FeNi III.
"Sebenarnya preventive maintenance juga untuk mendukung target produksi feronikel tahun 2017 sebesar 24.100 TNi. Kita tetap komitmen dengan target ini,” kata April. “Seluruh pekerjaan ini telah selesai pada Maret lalu, dan saat ini semuanya sudah beroperasi normal."
April juga menyatakan bahwa perusahaannya telah mendapatkan izin ekspor bijih nikel sebesar 2,70 juta wet metric ton (wmt) dan 850.000 wmt bijih bauksit.
"Kami yakin untuk menyampaikan bahwa hasil dari ekspor bijih ini akan mendukung perusahaan dalam rangka menciptakan nilai tambah mineral," kata April.
Meskipun telah mendapatkan izin ekspor mineral, perusahaan itu tetap melakukan penjualan bijih nikel dalam negeri. Tercatat penjualan sebesar 50.500 wmt bijih nikel pada kuartal I 2017 untuk memenuhi kebutuhan smelter domestik pihak ketiga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News