Diakuinya, melalui holding BUMN tambang saat ini, kini Inalum menjadi satu perusahaan negara yang besar dan kuat. Penggabungan empat perusahaan yakni Inalum, PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membuat keuangan holding BUMN tambang menjadi lebih besar.
"Inalum kasnya kuat, PTBA kuat dan Timah kuat. Dari kas holding lumayan lah, nanti dipinjam sedikit untuk menambahkan," kata Budi ditemui di Komplek Parlementer, Senayan, Senin, 29 Januari 2018.
Budi menambahkan pihaknya telah menunjuk tim yang diketuai PT Danareksa (Persero) untuk menjadi valuator atas harga wajar hak partisipasi Rio Tinto tersebut.
Baca: Menteri Jonan Taksir Nilai Hak Partisipasi Rio Tinto Rp425,8 Triliun
"Tim auditor, accounting, dan investor bank. Kita pasti tunjuk lead-nya BUMN kita minta Danareksa yang bantu valuasi harga," imbuh Budi.
Budi pun berharap hasil valuasi akan keluar cepat. Sehingga pada waktu negosiasi selesai, Inalum sudah memegang nilai wajar dari valuasi itu.
"Juni targetnya kita sudah deal," pungkas Budi.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menaksir sesuai harga pasar nilai hak partisipasi Rio Tinto 40 persen yang akan dibeli pemerintah sebesar USD3,2 miliar.
"Kalau 40 persen (nilai pasar hak partisipasi Rio Tinto) USD3,2 miliar," kata Jonan di Komplek Parlementer, Senayan, Jakarta, Kamis malam 25 Januari 2018.
Jonan menjelaskan, perkiraan itu dihitung berdasarkan asumsi perhitungan kapitalisasi pasar induk usaha, Freeport McMoran di pasar modal Amerika Serikat (AS). Kapitalisasi Freeport McMoran sekitar USD20 miliar. Sementara, Freeport Indonesia sekitar 40 persen dari kapitalisasi pasar induk usahanya.
"Market cap Freeport McMoran sekarang mungkin USD20 miliar. Freeport indonesia mungkin 40 persen. Jadi value Freeport Indonesia USD8 miliar," sebut Jonan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News