Pada tahun 2016, USGS melaporkan setidaknya terdapat 79 juta ton cadangan nikel di dunia, di mana jumlah cadangan nikel di Indonesia mencapai 4,5 juta ton atau hampir 6 persen total cadangan dunia. Potensi komoditas nikel di Indonesia sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia seperti Sulawesi dan Maluku.
Direktur Keuangan ANTAM Dimas Wikan Pramudhito, mengatakan bahwa potensi bisnis nikel sebenarnya menjanjikan, terutama dengan adanya katalis dari rencana Presiden AS terpilih, Donald Trump. Presiden terpilih AS Donald Trup baru-baru ini mengatakan bahwa belanja infrastruktur di AS akan ditingkatkan.
Jika terealisasi, pastinya konsumsi baja nirkarat atau stainless steel juga akan terdongkrak karena sektor infrastruktur mendominasi permintaan baja nirkarat. Ditambah lagi, masih digenjotnya pertumbuhan infrastruktur di Indonesia, seperti melalui program interkonektivitas, dan di Tiongkok juga dipastikan mendongkrak permintaan baja nirkarat.
"Dengan rencana ekspansi ANTAM, posisi kami akan sangat baik seiring dengan rencana spending untuk infrastruktur yang digaungkan Presiden terpilih AS. Komoditas nikel sendiri merupakan bahan baku utama baja nirkarat atau stainless steel. Sehingga, dengan adanya belanja infrastruktur akan meningkatkan permintaan baja nirkarat yang berujung pada kenaikan harga jual dan permintaan nikel,” kata Dimas.
ANTAM sendiri sudah memetakan potensi nikelnya dengan baik. Salah satu alasannya adalah nikel merupakan komoditas inti yang perlu dipikirkan secara strategis. Di awal 2017 ini, ANTAM akan memulai operasi terintegrasi dari Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa atau P3FP. P3FP sendiri akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan feronikel dari 18.000-20.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) menjadi 27.000-30.000 TNi. P3FP juga mencakup pembangunan PLTU batubara yang akan menurunkan biaya tunai ANTAM lebih jauh lagi. “Saat ini biaya tunai feronikel kami sudah masuk di low quartile dunia di level USD3,38 per pon,” lanjut Dimas.
Lebih lanjut, ANTAM juga sedang melakukan ekspansi tambahan dalam Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH). Dengan nilai proyek Rp3,5 triliun, saat selesai di tahun 2018, kapasitas produksi feronikel tahunan ANTAM akan semakin melonjak menjadi 40.500-43.500 TNi.
“Saat P3FH selesai, secara perhitungan economies of scale maka ANTAM sudah mampu untuk membangun pabrik stainless steel. Dan saat itu terjadi, akan terjadi lompatan kuantum skala bisnis dan added value dalam program hilirisasi Perseroan,” tutur Dimas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News