"Dengan potensi kenaikan harga nikel ini kami optimistis bisa meningkatkan marjin keuntungan bisnis nikel pada 2017. Apalagi capaian biaya tunai Antam tahun 2016 sangat baik, turun 21 persen dibandingkan 2015," ujar Sekretaris Antam, Trenggono Sutioso.
Sepanjang 2016, Antam mencatat capaian biaya tunai USD3,39 per pon. Angka itu lebih rendah dibandingkan biaya tunai feronikel tahun 2015, sebesar USD4,31 per pon. Menurut Trenggono, dengan hal itu perusahaannya termasuk dalam salah satu produsen feronikel berbiaya rendah di dunia.
Akhir tahun lalu, Antam menyatakan, target produksi komoditas nikel dan emasnya terlampaui. Ditanya perihal proyeksi keuntungan, Trenggono mengatakan, masih menunggu audit laporan keuangan.
Menurut Trenggono, selama 2016, Antam telah melakukan berbagai upaya agar tetap memiliki daya saing, di antaranya dengan mempertahankan biaya produksi tetap berada di bawah harga jual komoditas.
"Efisiensi menjadi salah satu strategi untuk menghadapi volatilitas harga. Tahun 2016, Antam mencatat efisiensi Rp48,7 miliar atau 134 persen dari target,” ujar Trenggono.
Selain efisiensi, perusahaan berkode ANTM itu berhasil melampaui target produksi feronikel tahun 2016 dengan mencatat 20.293 ton nikel dalam feronikel (TNi). Angka itu naik 18 persen dibandingkan produksi 2015 yang sebesar 17.211 TNi.
Pada 2017, ANTM menargetkan peningkatan produksi dan penjualan komoditas utama feronikel dan emas. Untuk feronikel, ANTM menargetkan volume produksi sebesar 24.100 TNi, lebih tinggi 19 persen dibandingkan produksi tahun 2016 sebesar 20.293 TNi.
Dari sisi penjualan bijih nikel, setelah menjual secara domestik di tahun 2016, Antam akan memiliki peluang mengekspor bijih nikel berkadar rendah. Menurut riset perusahaan NH Korindo sekuritas, dalam jangka pendek, ANTM dapat memanfaatkan melimpahnya bijih nikel kadar rendah yang dimilikinya dan akan berkontribusi terhadap 13,5 persen dari total penjualan pada 2017. Untuk diketahui, pada 2016 komposisi penjualan bijih nikel ANTM hanya mencapai 3,2 persen.
Banyak yang memperkirakan, kinerja Antam bakal semakin mengkilap. Emiten ini diketahui tengah melakukan finalisasi dalam hal mempersiapkan sejumlah proyek hilirisasi lanjutan. Momentum kebijakan ekspor mineral yang baru-baru ini dikeluarkan pemerintah rencananya akan dimanfaatkan untuk melanjutkan hilirisasi untuk lebih memperbesar kapasitas produksi.
Antam sendiri sudah melakukan hilirisasi mineral sejak tahun 1974 melalui pengoperasian pabrik feronikel FeNi I. Saat ini, Antam tengah membangun pabrik feronikel Haltim yang pada saat selesainya akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel menjadi 40.000-43.500 TNi per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News