"Kerja sama ini sangat penting untuk mengembangkan EBT yang bersifat off grid (mandiri) guna memenuhi kebutuhan listrik di daerah-daerah perbatasan dalam konteks pemberdayaan wilayah pertahanan," kata Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan Unhan Laksamada Muda Amarulla Octavian, dalam keterangan tertulis, Kamis, 22 Februari 2018.
Melalui Program Studi Keamanan Energi, Unhan berupaya terus mencari alternatif teknologi panel surya dan baterai berkapasitas tinggi. "Upaya ini tentu dengan tetap memperhatikan harga yang terjangkau dan murah," kata Octavian.
Kerja sama ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Rektor Unhan Mayor Jenderal Yoedhi Swastanto dengan CEO IPS Bulgaria Alexander Rangelov, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, 22 Februari.
MoU dilakukan di sela-sela konferensi international bertajuk 'Sustainable Off-Grid Electrification and Renewable Energy Opportunities in Indonesia'. Acara ini dihadiri 13 pembicara baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Beberapa yang hadir antara lain mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro serta Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria Sri Astari Rasjid.
Baca: Dubes RI untuk Bulgaria: Kegiatan Diplomasi Ekonomi Kian Membaik
Bertindak sebagai pembicara kunci dalam konferensi ini adalah Menteri ESDM Ignasius Jonan. Ia menyampaikan kebijakan pemerintah dan program-program untuk mencapai penggunaan EBT sebesar 23 persen pada 2025.
"Kepentingan mendesak dalam waktu dekat adalah memenuhi kebutuhan listrik 11 juta penduduk Indonesia yang tersebar di lebih dari 2.000 desa," kata Jonan.
Selain dengan Unhan, IPS Bulgaria juga meneken MoU dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT LEN untuk mengembangkan EBT terbaru, terutama teknologi energi tenaga surya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News