baca juga: Waspada Jejak Digital dan Dampaknya Yuk! |
Selain itu, AR merancang dan meluncurkan survei online terhadap 3.000 orang di delapan negara ini. Studi online dilakukan pada 13 Juli-13 Agustus 2022. Untuk memahami sentimen konsumen, pihaknya juga menggunakan metodologi ilmu data untuk melakukan praktik web scraping dengan melihat sekitar 112 ribu komentar media sosial di ritel, barang kemasan konsumen, perbankan, dan telekomunikasi.
Suka gunakan kanal online
Beberapa temuan AR terhadap indonesia adalah mayoritas (91,2 persen) konsumen yang disurvei di Indonesia menggunakan kanal online seperti mesin pencari, platform jejaring sosial, dan video untuk meneliti produk atau layanan sebelum membeli. Jumlah ini lebih dari 10 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumen digital dari negara lain (80 persen).Likes dan komentar baik di media sosial juga memengaruhi keputusan pembelian dari 86 persen online konsumen Indonesia dan 76 persen konsumen baru. Khususnya, tujuh dari sepuluh konsumen Indonesia (67,6 persen) lebih memilih berbelanja diaplikasi media sosial daripada platform lainnya, dibandingkan dengan lebih dari setengah konsumen digital lainnya.
Setidaknya enam dari sepuluh (63 persen) pembeli social commerce mengatakan bahwa mereka cenderung membeli dari penjual yang sama lagi. Sebanyak 78 persen masyarakat Indonesia dan 65 persen konsumen baru lebih memilih menggunakan metode pembayaran online.
Opsi pengiriman yang nyaman
Mereka juga mengatakan opsi pengiriman yang nyaman, seperti click and collect (81,5 persen di Indonesia dan 73 persen di pasar negara berkembang lain) dan pengiriman gratis (94,5 persen di Indonesia dan 79 persen di pasar negara berkembang), merupakan faktor penting dalam menentukan pembelian online mereka.Sebanyak 83,8 persen konsumen Indonesia dan tiga perempat konsumen digital baru melihat kebijakan retur yang mudah sebagai pengaruh utama pada keputusan pembelian online mereka.
Commerce Lead, Southeast Asia, Accenture Song Zain Suharwardy menuturkan terdapat generasi baru konsumen yang menguasai dunia digital (digital savvy) di Indonesia, dengan sembilan dari 10 pengguna internet telah membeli produk dan layanan secara online menghadirkan peluang bisnis yang signifikan dan belum dimanfaatkan. Namun, banyak perusahaan yang tidak siap untuk memanfaatkan peluang ini karena kesulitan operasional dan ekspektasi konsumen yang tinggi.
Perusahaan bangun kekuatan digital
Dia menjelaskan penetrasi ke target market ini secara efektif banyak perusahaan harus membangun kekuatan digital mereka, baik dalam bentuk pengelolaan talenta yang tepat dan aset yang tepat, yang pada akhirnya akan memberikan penawaran dan pengalaman perdagangan digital yang berbeda dan lebih relevan."Momen ini mirip dengan pergeseran yang dialami industri telekomunikasi ketika konsumen beralih dari telepon rumah ke seluler atau serupa dengan perpindahan dari bioskop ke layanan streaming. Perusahaan yang pertama menyadari fenomena ini dan segera bertindak akan paham mereka perlu melakukan transformasi digital dan menemukan kembali model perdagangan mereka untuk memenuhi kebutuhan konsumen di masa depan," jelas dia.
Strategi untuk membuka kunci pertumbuhan secara digital di delapan negara dengan pertumbuhan tercepat serta bagaimana memanfaatkan wawasan konsumen untuk menemukan kembali strategi perdagangan lama menjadi pengalaman yang lebih menarik dan relevan dengan mulus ini dapat ditemukan sebagai bagian dari laporan penelitian pada tautan ini.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News