baca juga: Ini Dia Dampak Blockchain ke Sektor Keuangan Asia Tenggara |
Co-Founder dan Chief Compliance Officer (CCO) Reku Robby mengatakan bitcoin dan aset kripto lainnya mengalami volatilitas signifikan hingga September tahun ini. Namun dominasi bitcoin masih terus meningkat.
“Dominasi bitcoin berada di level 50,16 persen di kuartal III-2023, sementara di kuartal II sekitar 47 persen. Jadi ada kenaikan sekitar 3,16 persen. Ini menandakan permintaan bitcoin pun terus meningkat. Investor jangka menengah hingga jangka panjang tetap mengakumulasi bitcoin, terutama untuk mempersiapkan halving," jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu, 4 Oktober 2023.
Oleh karena itu, bagi investor pemula, kuartal empat ini juga menjadi momen yang tepat untuk mulai menabung bitcoin dengan memanfaatkan Dollar Cost Averaging (DCA) sebelum harganya menanjak lebih tinggi lagi. Robby menjelaskan halving day merupakan momen empat tahunan ketika imbal hasil bagi penambang atau miner berkurang setengah.
“Halving day juga membuat laju pasokan bitcoin di pasar berkurang. Sehingga dengan keterbatasan supply dan tingginya demand, halving memungkinkan harga bitcoin berpotensi naik signifikan,” tambah Robby.
Secara historis, halving bitcoin di 2013 mencatat peningkatan harga bitcoin hingga 93,1 kali setara 164 juta. Kemudian halving di 2017, harga bitcoin meningkat 30,1 kali yang membuat vitcoin mencapai level Rp300 juta.
Selanjutnya pada 2021 meningkat sebesar 7,8 kali, menyentuh All Time High (ATH) di angka Rp939 juta. Pada halving 2024, bitcoin diproyeksi akan meningkat sebanyak 4,2 kali.
Namun sebelum terjadinya lonjakan harga atau dikenal dengan istilah to the moon ini, masyarakat perlu mempersiapkan untuk menghadapi kondisi bearish.
“Kondisi bearish merupakan cycle klasik yang terjadi sebelum halving. Jadi sebelum halving, investor juga perlu bersiap menghadapi fluktuasi ini,” tambah Robby.
Pada kesempatan yang sama, Crypto Analyst Reku Afid Sugiono mengatakan akan selalu ada tren yang berpotensi sebagai katalis di balik halving bitcoin.
“Pada 2017, Initial Coin Offering (ICO) menjadi katalis di balik bull run bitcoin. Kemudian pada 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong bull run. Di 2024, beberapa tren yang berpotensi menjadi penggerak yakni ETF Bitcoin yang menawarkan variasi lain dalam berinvestasi Bitcoin serta kondisi makroekonomi atas keputusan The Fed dalam mempertahankan suku bunga,” jelas Afid.
Bitcoin sebagai alternatif investasi
Melansir laporan Fidelity yang dilakukan pada 1 Agustus 2010 hingga 31 Agustus 2022, jika investor meletakkan tiga persen bitcoin di antara portofolio tradisional yang terdiri dari 60 persen obligasi atau 40 persen saham, maka akan meningkatkan kinerja portofolio rata-rata 15,5 persen per tahun.“Laporan tersebut memperkuat peran bitcoin sebagai instrumen diversifikasi yang menarik dan bisa saling mendukung performa instrumen tradisional. Namun tentunya Reku terus mengingatkan agar investor mengalokasikan dana investasi sesuai dengan tujuan investasi masing-masing. Temukan kecocokan dengan aset kripto termasuk Bitcoin yang juga bisa dimanfaatkan oleh dengan berbagai tujuan investasi, baik jangka pendek, menengah, dan panjang,” kata Robby.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News