Transformasi toko digital. Foto: Medcom.id.
Transformasi toko digital. Foto: Medcom.id.

Digitalisasi Keuangan Dorong Toko Kelontong Naik Kelas

Arif Wicaksono • 02 Desember 2025 21:47
Jakarta: Transformasi digital kini menjadi pintu masuk bagi toko kelontong untuk naik kelas. 
Hal itu terlihat dari langkah Catalyst Technology Solutions (CTS) yang menggandeng jaringan Sampoerna Retail Community (SRC) dalam mempercepat digitalisasi keuangan di ribuan toko kelontong di Indonesia.
 

Di tengah dominasi UMKM yang menyumbang lebih dari 60 persen terhadap PDB nasional, akses keuangan formal masih menjadi tantangan klasik bagi banyak pelaku usaha kecil. 
Keterbatasan literasi digital dan minimnya teknologi pendukung membuat sebagian toko kelontong tertinggal dari perubahan perilaku belanja masyarakat.
 
Kolaborasi CTS dan SRC mencoba menjembatani kesenjangan tersebut. Direktur PT Catalyst Technology Solutions, Theodorus Aji, menegaskan digitalisasi keuangan merupakan fondasi penting agar toko kelontong bisa lebih kompetitif.
 
“Digitalisasi bukan hanya tren, tapi kebutuhan. Kami ingin toko-toko SRC lebih efisien, dan lebih mandiri lewat pemanfaatan teknologi finansial,” ujar Theo.

Melalui kerja sama ini, pemilik toko tidak hanya difasilitasi untuk menerima transaksi digital seperti QRIS, tetapi juga dibekali edukasi literasi finansial dan pelatihan pengelolaan usaha. Pendekatan tersebut dirancang agar transformasi digital benar-benar berdampak pada peningkatan kapasitas usaha.
 
Dia mengungkapkan bahwa salah satu hambatan terbesar dalam memperluas penggunaan pembayaran digital di kalangan UMKM adalah masalah kepercayaan pelaku usaha terhadap keamanan transaksi.
 
Menurut Aji, sebagian pemilik toko masih merasa ragu apakah uang dari transaksi QRIS benar-benar masuk ke rekening mereka. Keraguan itu diperkuat oleh beberapa kasus viral, seperti stiker QRIS yang diganti atau dipalsukan sehingga menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan pemilik usaha kecil.
 
“Kendalanya utama memang UMKM belum terbiasa, dan mereka sempat bertanya-tanya ‘uangnya ini masuk atau tidak?’,” ujar Aji.
 
Untuk menjawab persoalan tersebut, CTS menghadirkan speaker toko (soundbox) yang memberikan notifikasi real time setiap kali transaksi QRIS berhasil dilakukan. Inovasi ini dinilai mampu meningkatkan rasa aman dan transparansi bagi pedagang maupun pembeli.
 
Aji menegaskan bahwa teknologi ini secara efektif mengatasi kekhawatiran yang selama ini menjadi “major problem” dalam adopsi pembayaran digital di segmen UMKM. Dengan lebih dari 70 persen mitra toko yang sudah terbiasa menggunakan pembayaran cashless, ia optimistis penggunaan speaker toko akan semakin mendorong kenaikan transaksi ke depan.
 
“Permasalahan utamanya sudah bisa kami jawab lewat teknologi speaker toko. Kami yakin traction transaksi cashless akan meningkat jauh lebih cepat,” kata Aji.
 
Direktur PT SRC Indonesia Sembilan, Romulus Sutanto, turut menegaskan digitalisasi keuangan menjadi pilar modernisasi toko kelontong. Salah satu terobosan yang dihadirkan adalah Speaker Toko, bisa meningkatkan rasa aman pemilik toko, mengurangi potensi kesalahan transaksi, sekaligus memperkuat kepercayaan pelanggan terhadap layanan toko kelontong modern.
 
Ia menambahkan, solusi seperti Speaker Toko tidak hanya mempermudah operasional, tetapi juga membuka akses pelaku usaha terhadap layanan permodalan dan sistem finansial digital yang selama ini belum banyak tersentuh.
 
Dia menjelaskan bahwa pihaknya saat ini belum memiliki data lengkap mengenai jumlah transaksi yang terjadi di seluruh jaringan toko SRC yang menggunakan pembayaran nontunai.
Menurut Romulus, data yang tersedia baru mencakup tingkat adopsi pembayaran digital di jaringan SRC. “Secara kuantitatif, kita memang belum bisa melihat jumlah transaksi secara keseluruhan karena datanya belum tersedia,” ujarnya.

Kantongi Volume Transaksi Digital

Ia menjelaskan saat ini lebih dari 70 persen dari total 250 ribu toko SRC sudah mengadopsi pembayaran cashless. Namun, SRCIS belum mengantongi detail volume transaksi yang terjadi di masing-masing toko.
 
Karena itu, Romulus menilai kehadiran perangkat speaker toko atau soundbox menjadi sangat relevan. Perangkat tersebut nantinya akan membantu SRCIS mendapatkan data yang lebih akurat mengenai jumlah transaksi yang dilakukan melalui QRIS di toko-toko SRC.
 
“Nanti, ketika SRC yang menggunakan speaker toko ini sudah berjalan, barulah kita bisa mengetahui jumlah transaksinya secara lebih jelas,” kata Romulus.
 
 Ia menambahkan bahwa data transaksi yang akan diperoleh melalui perangkat tersebut akan menjadi basis penting untuk memetakan perkembangan pembayaran digital di jaringan SRC.
“Sinergi antara teknologi finansial dan komunitas lokal membuka potensi besar untuk transformasi digital UMKM. Inilah langkah nyata untuk mendorong ekonomi komunitas agar lebih kuat dan berkelanjutan,” tutupnya.
 
Dengan hadirnya berbagai inovasi digital, toko kelontong kini tidak lagi sekadar tempat belanja kebutuhan harian. Mereka semakin berperan sebagai pusat ekonomi lokal yang terhubung dengan ekosistem digital nasional sebuah langkah penting agar UMKM Indonesia benar-benar naik kelas.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan