Namun, banyak tantangan mengadang. Salah satunya yaitu kesiapan masyarakat menyambut pesatnya perkembangan arus digital.
"Masih terdapat tantangan dalam menerapkan transformasi digital di Indonesia. Di antaranya pembangunan infrastruktrur, pemanfaatan secara produktif aplikasi dan konten lokal, serta sumber daya manusia yang kompeten," kata Anggota Komisi I DPR Subarna melalui keterangan tertulis, Kamis, 25 Januari 2024.
Pernyataan Subarna ini dikemukakan saat menjadi pembicara dalam Ngobrol Bareng Legislator (Ngobras) bertema Tantangan Transformasi Digital, kemarin. Diskusi diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).
Saat ini pemerintah tengah membangun 83 ribu stasiun pemancar penerima dasar (BTS) berkualitas broadband yang mumpuni. Untuk wilayah perkotaan infrastruktur sudah mumpuni, namun di wilayah pinggiran infrastruktur belum optimal.
"Efek transformasi menyebabkan perubahan paradigma dalam segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi," kata Subarna.
Baca: Tren Teknologi 2024 Fokus ke AI dan Keberlanjutan |
Pada 2022, ekonomi digital mencapai USD77 Miliar atau meningkat 22 persen dari 2021. Indonesia merupakan salah satu pemain utama ekonomi digital yang menguasai hampir 40 persen pasar digital di Asia Tenggara.
"Tak hanya itu, risiko dan tantangan juga akan mengintai saat penggunaan digital digunakan secara luas, seperti kesenjangan, disrupsi teknologi, isu data dan keamanan, isu kedaulatan digital. Karena itu, perlu dilakukan langkah mitigasi yang efektif dan menyeluruh," kata Subarna.
Literasi digital belum merata
Meski pemerintah terus menggencarkan transformasi digital, namun literasi digital belum merata terutama dalam industri UMKM, baik pelaku bisnis maupun customer. Sebagai pasar terbesar dalam industri digital, Indonesia masih kalah dari Singapura dan Vietnam.Founder Bebek Is Back, Achmad Budiman Sudarsono, mengatakan apa yang terjadi pada pedagang Tanah Abang yang menolak Tiktok merupakan salah satu contoh yang menandakan transformasi digital belum sampai pada sasaran.
"Padahal, jika transformasi digital dimanfaatkan secara benar, maka dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan," kata dia.
Achmad mengimbau para pedagang dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada. Dimulai dengan persiapan yang matang, memperbaiki pondasi digital, dan menetapkan standar dalam teknologi inovasi agar berkesinambungan.
Terapkan pola pikir digital
Founder dan CEO WisataSekolah.com, Irwan Tamrin, mengatakan tantangan tak hanya menerpa industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), namun juga industri pariwisata. Indonesia memiliki banyak destinasi wisata yang berevolusi dan bertransformasi, namun belum tergarap optimal.Menurut Irwan, hal ini terjadi karena pihak-pihak terkait belum siap. Padahal, pariwisata merupakan salah satu sektor yang pertama melakukan digitalisasi.
"Karena itu, perlu memperbaiki pola pikir yang sejalan dengan perubahan tata kelola konvensional menjadi digital," ujar Irwan.
Baca: Kominfo Siapkan Infrastruktur Percepat Transformasi Digital Nasional |
Saat ini, sosial media menjadi salah satu tools atau alat yang penting karena memiliki jangkauan lebih luas dan cepat. Sehingga, diperlukan pola pikir digital.
"Karena transformasi menjadi keniscayaan seiring dengan perkembangan teknologi dan ketatnya persaingan bisnis, baik di tingkat nasional maupun global," kata Irwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News