"Sebetulnya Tiktok Shop itu kemudian dilarang (sebelumnya) dengan berbagai wacana dan peraturannya, sebetulnya kan menolong Tokopedia. Pada akhirnya bukan Tokopedianya juga (yang tertolong), ya tapi pemegang-pegang saham pengendali atau pendiri Tokopedia karena ada kesulitan cash flow dan segala macam itu loh, kan melihatnya gitu," kata Yanuar dalam keterangan yang dikutip Sabtu, 20 Januari 2024.
Menurut dia, ada narasi yang dibangun dalam akuisisi Tokopedia oleh TikTok. Narasi tersebut menggambarkan pelaku usaha kecil menengah dan produk dalam negeri akan menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Baca: Kolaborasi TikTok-Tokopedia Bantu UMKM Lokal Genjot Penjualan |
Yanuar menilai narasi itu tak terbukti, karena pedagang kecil termasuk mereka yang berdagang di Tanah Abang, dinilai hanya menjadi pintu masuk aksi korporasi antara TikTok dan Tokopedia. Sebab, yang diuntungkan yakni investor kakap dan investor awal GoTo, ketika perusahaanya dijual ke TikTok.
"Jadi artinya kalau menurut saya, ini sebuah kebijakan (Permendag Nomor 31 Tahun 2023) ada kepentingannya gitu. Dan apakah pemerintah itu memikirkan pedagang-pedagang kecil, ya enggak," kata dia.
Yanuar menyatakan telah melontarkan kritik sejak awal. Yakni, terkait re-evaluasi saham dari merger akuisisi Topokedia dan TikTok. Dia mengandaikan saham pendiri yang awalnya memiliki nilai satu perak atau satu rupiah.
"Dia bisa di-re-evaluasi kalau ada merger akuisisi, makanya ada merger Gojek dan Tokopedia jadi GoTo. Kemudian, begitu itu merger GoTo, uang itu masuk sehingga bisa me-re-evaluasi harga per IPO-nya ke 265. Jadi orang yang tadinya punya harta satu perak naik harga jadi 265, bukan karena dia setor duit. Pemegang saham lamanya keluar kan, apa tidak menyakitkan buat investor ritel," kata Yanuar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News