Teknologi pembangkit listrik yang digunakan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO). Foto Istimewa.
Teknologi pembangkit listrik yang digunakan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO). Foto Istimewa.

Melantai di Bursa, Arkora Hydro Raup Dana Segar Rp182,67 Miliar

Husen Miftahudin • 08 Juli 2022 15:18
Jakarta: Perusahaan pembangkit listrik energi baru terbarukan, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). Dalam aksi korporasinya, ARKO berhasil meraup dana segar dari pasar modal sebanyak Rp182,67 miliar melalui penerbitan 608,89 juta saham baru di Bursa.
 
Direktur Utama ARKO Aldo Artoko mengatakan, perseroan telah menetapkan harga IPO pada Rp300 per saham dari kisaran awal antara Rp286 per saham hingga Rp310 per saham. Jumlah saham perseroan yang ditawarkan itu mewakili 20,79 persen dari modal ditempatkan dan disetor ARKO setelah IPO saham.
 
"Kami akan menggunakan dana hasil IPO ini untuk dua keperluan. Pertama, sebesar 63 persen untuk tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan guna pengembangan proyek-proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) kedepannya, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru, dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari. Kedua, sisanya sekitar 37 persen akan kami gunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek," ujar Aldo dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 8 Juli 2022.

Sedangkan dana yang diperoleh dari kelebihan pemesanan penjatahan terpusat, lanjutnya, akan digunakan perseroan untuk modal kerja yang antara lain rencana pengembangan usaha pembangkit listrik tenaga air, seperti biaya survei pencarian lokasi potensial baru, feasibility study atau studi kelayakan, studi kelistrikan, dan studi-studi lainnya yang berhubungan dengan pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga air.
 
Aldo meyakini, bisnis EBT memiliki potensi besar di Indonesia, bahkan dalam teknologi yang sudah matang seperti hidro, surya, dan angin. Kehadiran hidro dinilai sudah kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Apalagi pemanfaatan potensi EBT masih jauh di bawah 10 persen.
 
"ARKO berencana mencari peluang akuisisi. Kami juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 megawatt (MW). ARKO telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD1,65 juta per MW. Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh ARKO," ungkap dia.
 
Baca juga: Saham 3 Emiten Baru Kompak Naik saat Listing Perdana di BEI

 
Tidak cuma itu, ARKO juga mengerjakan proyek Tomasa yang menelan biaya investasi USD1,75 juta/MW. Biaya investasi tersebut di bawah rata-rata industri sebesar USD2,2 juta hingga USD2,5 juta per MW.
 
"Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. Proyek ini milik ARKO melalui anak usaha, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada Maret 2020 lalu," katanya.
 
Sementara proyek Yaentu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi. Proyek berkapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi, anak perusahaan tidak langsung milik ARKO. "Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen . Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada kuartal I-2023," harap Aldo.
 
ARKO juga sedang melakukan persiapan tahap konstruksi Proyek Kukusan-2 di Lampung dengan kapasitas 5,4 MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada kuartal IV-2024. "ARKO terus berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi terbarukan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga air dalam turut serta berpartisipasi membangun Indonesia," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan