Pembangunan komplek tersebut menelan dana investasi sekitar USD4 miliar hingga USD5 miliar. Chandra Asri Perkasa memegang lisensi dan desain teknik yang telah diakui dunia, seperti Lummus Technology CB&I untuk Naptha Cracker dan pabrik Butadiene, GTC Technology untuk aromatics (benzene, toluene and xylenes) recovery plant, Texplore untuk pabrik High Density Polyethylene (HDPE), serta Lyondellbasell untuk pabrik Low Density Polyethylene (LDPE) dan pabrik Polypropylene (PP).
"Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan kami untuk memenuhi permintaan produk petrokimia yang semakin berkembang di Indonesia, Chandra Asri Perkasa melakukan studi kelayakan kompleks petrokimia kedua yang diperkirakan memiliki total investasi miliaran dolar AS. Pemilihan lisensi-lisensi teknologi ini adalah tonggak bersejarah yang mengukuhkan rencana kami berekspansi di bidang petrokimia. Kami yakin teknologi yang dipilih ini akan memastikan produktivitas yang tinggi dan efisien untuk kompleks baru kami," ucap Presiden Direktur Chandra Asri Petrochemical, Erwin Ciputra, dalam keterangan resminya, Senin, 30 April 2018.
Erwin menuturkan, kompleks petrokimia kedua ini akan menghasilkan 1,1 MMTA Ethylene, 600 KTA Propylene, 175 KTA Butadiene, 363 KTA Benzene, 450 KTA HDPE dan 450 KTA PP untuk operasi setahun penuh. Chandra Asri Perkasa akan menyelesaikan desain teknik dasar pada akhir 2018.
Baca: Chandra Asri Bangun Pabrik Polyethylene Rp4,69 Triliun
Kemudian, Chandra Asri Perkasa juga sedang menunggu keputusan investasi akhir yang diharapkan sudah ada pada awal 2020 dan pengoperasian secara komersial direncanakan mulai pada awal 2024.
Setelah kompleks petrokimia kedua beroperasi penuh, Erwin optimitistis perusahaan akan semakin memenuhi permintaan domestik dengan lebih baik, sekaligus meringankan beban impor, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan memperbaiki keseimbangan perdagangan.
"Kami optimistis eksekusi proyek ini akan berjalan lancar, dengan tentunya dukungan dan insentif dari pemerintah sebagai salah satu dari 10 industri yang diprioritaskan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035," terang Erwin.
Produk petrokimia dari kompleks petrokimia yang baru ini ditargetkan dapat menurunkan angka impor Indonesia terhadap Olefin dan Poliolefin yang saat ini berjumlah lebih dari dua juta metrik ton per tahun.
"Kami CAP adalah produsen petrokimia yang terbesar dan terintegerasi di Indonesia dengan perkiraan pangsa pasar dalam negeri 52 persen untuk Olefin, 24 persen untuk Polyethylene, dan 29 persen untuk Polypropylene," sebut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id