Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.
Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.

Investor Perlu Atur Strategi Investasi saat Resesi

Annisa ayu artanti • 18 Juli 2022 17:40
Jakarta: Pelaku pasar disarankan untuk mengatur strategi di saat dunia dihadapi dengan tantangan resesi. Investor juga diimbau tidak terlalu panik dalam mengambil setiap sikap.
 
Chief Economist PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan demikian lantaran Indonesia diperkirakan masih relatif jauh dari resesi. Sejumlah indikator di dalam negeri dinilai relatif cukup aman untuk menahan angin resesi yang dipicu oleh sejumlah sentimen negatif dari sejumlah kondisi di luar Indonesia.
 
Dalam membentuk strategi investasi, Budi menyebutkan hal-hal yang harus dicermati adalah dinamika global dari segi ekonomi maupun geopolitik, opsi kebijakan domestik serta responsnya, dan pengambilan posisi oleh investor asing.

"Nah, ini perlu kita evaluasi. Acuan untuk cuan, lebih baik mengendalikan kerakusan, cukup rajin ambil untung, built in, dan cegah cut loss," ujarnya dikutip, Senin, 18 Juli 2022.
 
Lebih lanjut, Budi juga menilai pasar modal Indonesia memasuki musim semi. Artinya, ada peluang untuk bergerak membaik dan memberikan cuan. Secara historikal biasanya kondisi pasar modal di semester kedua memang mengalami volatilitas.
 
Bahkan, selama 15 tahun terakhir ada kecenderungan membentuk pola huruf V pada kuartal ketiga tahun berjalan, serta kecenderungan pasar memerah pada November, kemudian berbalik menjadi hijau pada Desember.
 
Professional independent, trader dan investor, Ade Permana juga mengamini jika Indonesia masih relatif jauh dari resesi. Hal itu tergambar di performa pasar modal.
 
Baca juga: Indonesia Disebut Masih Jauh dari Resesi, Kemungkinannya hanya 5%

 
Sejak harga tertinggi pada 11 April hingga saat ini, IHSG sempat mengalami koreksi sekitar 10 persen. Sementara di saat yang sama, indeks Dow Jones yang menunjukkan kinerja pasar modal AS mengalami penurunan lebih dari 19 persen atau hampir 20 persen.
 
"Artinya dari segi ekonomi, dari segi indeks saham, kita (Indonesia) termasuk yang paling bagus di dunia untuk saat ini. Bahkan di regional pun Indonesia masih perkasa," ujar Ade.
 
Kendati demikian, ia juga menambahkan, pergerakan Dow Jones masih perlu terus dipantau karena Amerika menjadi salah satu barometer pelaku pasar dalam negeri. Terlebih, sebanyak 60 persen hingga 70 persen investor di pasar modal Indonesia merupakan investor asing. Indeks selanjutnya yang juga terus dipantau adalah DXY atau indeks dolar serta XAU atau indeks emas.
 
"Kenapa? Karena banyak juga emiten-emiten kita yang listing di bursa efek itu sensitif terhadap pergerakan salah satunya XAU, DXY sama Dow Jones Industrial," pungkas Ade.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan