"Kita kan cari likuid, bagus, dan memang likuid sekali. Karena saham itu kan bukan cuma fundamental," tutur Direktur Utama BEI Tito Sulistio, ditemui di Plaza Bapindo, Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Dari sisi fundamental, lanjut Tito, saham BUMI memang sudah mengalami perbaikan. Maka saham tersebut sudah pantas masuk ke dalam indeks LQ45. Selain itu, kinerja saham BUMI membaik karena BUMI sudah berhasil melakukan restrukturisasi, dan harga batu bara mulai mengalami kenaikan.
"Kinerjanya mengalami perbaikan. Fundamental bagus, mereka berhasil restrukturisasi, juga karena naiknya harga batu bara," papar Tito.
baca : Saham BUMI Masuk Daftar Indeks LQ45
Kenaikan harga saham BUMI, tambah Tito, bukan urusan bursa. Namun, mekanisme pasar yang membuat saham dari Grup Bakrie tersebut mengalami kenaikan. "Kita kan baca likuiditas dan potensi. Kan restrukturisasinya sudah selesai. Tidak tahu kalau naik kenapa, itu urusan pasar. Saya punya (saham) saja tidak," tutup Tito.
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali merilis daftar indeks saham yang likuid (LQ45) yang baru untuk periode Februari 2017 hingga Juli 2017. Ada tiga saham emiten yang baru masuk, sisanya masih sama dengan periode enam bulan sebelumnya.
Mengutip pengumuman BEI, yang dilansir di Jakarta, Rabu 25 Januari, dari tiga saham emiten yang baru masuk indeks LQ45, ada satu saham dari Grup Bakrie, yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Sebagaimana diketahui, emiten BUMI masih banyak menanggung utang kepada perbankan. Tapi, belakangan ini, pergerakan saham BUMI mengalami peningkatan yang luar biasa.
Selain BUMI, dua nama emiten yang baru masuk indeks LQ45 adalah PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT PP Properti Tbk (PPRO). Sedangkan tiga emiten yang terdepak dari indeks LQ45 yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News