Kelapa Sawit. Foto : MI/GIno Hadi.
Kelapa Sawit. Foto : MI/GIno Hadi.

3 Langkah Ini Bisa Bantu Petani Sawit Sejahtera

Juven Martua Sitompul • 20 Juli 2022 23:08
Jakarta: Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Rachmat Pambudy menyebut ada tiga langkah yang bisa dibuat pemerintah untuk memastikan petani sawit sejahtrera. Pertama, membuat legalisasi terhadap tanah.
 
"Kemudian, membantu hilirisasi dan industrialisasi, serta membantu perdagangan," kata Rachmat kepada wartawan, Jakarta, Rabu, 20 Juli 2022.
 
Ini disampaikan Rahmat menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebut negara-negara produsen sawit perlu memanfaatkan momentum permintaan minyak sawit dunia yang meningkat. Sekaligus mendorong pengakuan terhadap daya saing sawit keberlanjutan secara global.

Rahmat berharap Airlangga bisa mendorong industrialisasi sawit dari kebun rakyat. Dia yakin dengan langkah ini nilai tambah dari sawit akan dirasakan langsung petani.
 
"Untuk mendapatkan value added kan dengan industrialisasi, jika bisa mendorong industrialisasi atau yang disebut Pak Presiden Jokowi hilirisasi di kelapa sawit untuk petani maka nilai tambah bisa didapatkan langsung oleh petani," kata Rachmat.
 
Tak hanya itu, menurut dia, lewat Kementerian Perdagangan (Kemendag) pemerintah juga bisa membantu menyalurkan crude palm oil (CPO) hasil sawit rakyat. Pembelian langsung dari petani maupun asosiasi untuk kemudian diperdagangkan ke pembeli internasional.
 

Baca: Mendag: Pencabutan Kebijakan Ekspor CPO Topang Kinerja Ekspor Juni 2022


Rachmat juga menyebut dari sisi lingkungan hidup, sawit rakyat sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Sawit rakyat bahkan sangat membantu mengentaskan kemiskinan.
 
"Dan sawit rakyat sangat sesuai dengan kaidah lingkungan, dia tidak membakar hutan, dia selalu menjaga sawit dengan baik," kata Rachmat.

Manfaatkan momentum

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengungkapkan peningkatan permintaan sawit dunia perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia. Menurut dia, Indonesia sebenarnya tidak perlu terlalu risau ketika harga minyak goreng naik akibat kenaikan harga CPO di pasar internasional.
 
"Kalau harga dan permintaan sawit meningkat itu jelas menguntungkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar dunia. Itu makanya saya sebutkan lucu Indonesia sebagai negara produsen sawit terbesar dunia justru kelabakan ketika harga minyak goreng naik akibat kenaikan harga CPO," ujarnya.
 
 

Piter menegaskan sawit sebagai salah satu sumber energi terbarukan adalah peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekonomi. Sebagai produsen sawit terbesar, Indonesia sangat diuntungkan oleh kenaikan harga sawit.
 
"Sawit adalah salah satu masa depan energi terbarukan. Harga sawit naik kita diuntungkan," kata dia.
 
Menurut dia, kenaikan harga minyak goreng tidak perlu ditanggapi negatif. Lonjakan harga minyak goreng akibat kenaikan harga CPO justru punya banyak manfaat bagi perekonomian Indonesia, utamanya bagi para petani sawit di daerah sentra sawit.
 
"Kenaikan harga minyak goreng seharusnya tidak ditanggapi negatif karena di balik itu kita mendapatkan keuntungan besar dari sawit," kata Piter.
 
Piter mengatakan mahalnya harga minyak goreng di dalam negeri yang dianggap memberatkan masyarakat kecil masih bisa dicarikan solusi. Namun, kata dia, jangan sampai solusi itu justru mematikan industri sawit dan merugikan Indonesia sebagai produsen sawit.
 
"Harga minyak goreng mahal yang membebani masyarakat miskin bisa dicarikan jalan keluarnya antara lain dengan bantuan-bantuan langsung. Tapi jangan matikan industri sawitnya, misal dengan larangan ekspor," tegas dia.
 
Di sisi lain, Piter mengakui sawit belum bisa menggantikan posisi gandum ataupun kedelai. Sebab sawit bukan sumber pangan dunia yang saat ini tengah didera ancaman krisis.
 
"Menurut saya terlalu jauh mengatakan sawit sebagai solusi krisis pangan saat ini. Sawit bukan produk pangan utama. Sawit tidak bisa mengatasi kelangkaan gandum atau juga kedelai," tegas dia.
 
Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga menyebut pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi krisis pangan dan energi yang sedang melanda dunia saat ini. Sementara itu, minyak sawit yang juga merupakan edible oil atau vegetable oil dinilai berpotensi menjadi solusi penting yang harus dipertimbangkan bagi kedua krisis tersebut.
 
"Minyak sawit memiliki peran strategis sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi krisis pangan dan energi global saat ini," kata Ketua Umum Partai Golkar itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan