"Nilai ekspor pertanian mengalami peningkatan. Di 2021 mencapai Rp625,04 triliun, meningkat 38,69 persen dibandingkan 2020. Daya beli petani juga membaik. NTP terus meningkat dan bahkan Januari-Maret 2022 di atas 108," ungkapnya, dalam keterangan resmi, dilansir Mediaindonesia.com, Minggu, 1 Januari 2023.
Kuntoro menjelaskan kebijakan dan program strategis Menteri Pertanian dalam peningkatan produksi pertanian telah berdampak pada serapan penggunaan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Untuk pembiayaan pertanian, KUR dimanfaatkan dalam mengatasi anggaran APBN yang terbatas.
"Selama 2020-2022 kinerja KUR sektor pertanian memperlihatkan hasil menggembirakan. Realisasi KUR 2020 mencapai Rp55,30 triliun. Artinya terealisasi 110,62 persen dari target Rp50 triliun. Dan 2021 mencapai Rp85,62 triliun, realisasinya 122,31 persen di atas target sebesar Rp70 triliun dan per 30 Oktober 2022 realisasi KUR mencapai Rp95,43 triliun, realisasinya 106,03 persen dari target Rp90 triliun," kata Kuntoro.
Selain itu, dia menyebutkan ketersediaan pangan strategis selama 2020-2022 sangat baik. Salah satunya posisi stok beras pada akhir Desember 2020 mencapai 7,39 juta ton, sedangkan pada akhir Desember 2021 masih tersedia stok sebesar 9,63 juta ton.
Baca juga: Resmikan Bendungan Sadawarna, Presiden: Hasil Pertanian Harus Naik |
"Data survei stok cadangan beras nasional, BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat stok beras pada 31 Maret 2022 sebesar 9,11 juta ton, 30 April sebesar 10,15 juta ton dan stok beras nasional akhit Juni 2022 sebesar 9,71 juta ton," sebutnya.
"Di berbagai kesempatan, Presiden Jokowi menyampaikan dalam tiga tahun terakhir Indonesia tidak impor beras. Hal ini mendapatkan pengakuan atau penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) terhadap ketangguhan sistem pangan dan pertanian dan pencapaian swasembada beras selama 2019-2021 melalui penerapan inovasi teknologi padi," tambah Kuntoro.
Menurut Kuntoro, capaian keberhasilan sektor pertanian turut berdampak pada pengendalian inflasi. Data BPS mengungkpkan, tingkat inflasi Indonesia pada Mei 2022 sebesar 3,55 persen, dan sampai Oktober 2022 inflasi di Indonesia masih terkendali yakni 5,71 persen.
"Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kita dalam hal ini Kementan terus berupaya menjaganya melalui penyediaan pangan yang mencukupi. Strategi Baru menghadapi krisis pangan dunia yakni peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi seperti cabai dan bawang merah; serta untuk mengurangi impor seperti kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi," tuturnya.
"Pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum; domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi. Dan peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur," pungkas Kuntoro.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News