Guru Besar IPB University Dwi Andreas Santosa mengatakan fenomena La Nina memang tidak bisa disepelekan. Karena itu sudah sepatutnya, pemerintah mengantisipasinya.
"Penyumbang terbesar sektor pertanian itu di perkebunan dan tanaman pangan. Pemerintah harus berhati-hati, kalau fenomena La Nina terjadi produksi dari kedua sektor ini akan terganggu," ungkapnya kepada Media Indonesia, dikutip Kamis, 1 September 2022.
Baca juga: Gawat! Pemerintah Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Pertanian 2023 Jadi 3,7% |
Untuk meminimalisir dampaknya, Andreas pun menyarankan perbaikan berbagai infrastruktur pertanian untuk memitigasi ancaman fenomena La Nina. Beberapa hal yang dapat dilakukan di antaranya ialah membangun embung, memperbaiki irigasi, dan memperbaiki waduk yang dangkal untuk menampung air hujan ketika memasuki musim penghujan.
Dia juga mengomentari terkait rencana pengembangan komoditas untuk substitusi impor seperti gandum yang akan diganti dengan sorgum, sagu dan lainnya.
"Substitusi ini tidak bisa sembarangan. Harus menggunakan teknologi untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat. Gandum misalnya diganti sorgum itu sulit lah. Butuh anggaran yang besar dan ini juga harus jangka panjang. Harus serius, kalau tidak nanti petani yang jadi korban," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News