"Kenaikan jumlah miliarder menunjukkan booming harga komoditas tambang maupun perkebunan meningkatkan aset orang kaya, justru disaat sebagian besar penduduk alami tekanan pandemi," ujar Direktur Eksekutif dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Media Indonesia, dikutip Senin, 10 April 2023.
Tak sedikit, kata Bhima, yang mendadak kaya raya ketika harga batu bara melonjak dari USD78 per metrik ton di 2020 menjadi USD458 per metrik ton di 2022. "Jadi ekonomi Indonesia turun minus 2,07 persen saat pandemi, tapi orang kaya mampu mengakumulasi aset secara cepat," kata dia.
Baca juga: Wow! Nasabah Tajir Bersaldo di Atas Rp5 Miliar Makin Banyak Gaes.. |
Keberadaan miliarder di Indonesia, lanjutnya, justru menimbulkan banyak masalah. Pertama, persoalan ketimpangan akan makin lebar dan berakibat pada stabilitas politik dan keamanan.
"Jika jurang antara the have dan the have not makin lebar, bisa mengakibatkan negara gagal (failed states)," terang Bhima.
Kedua, jumlah orang kaya bertambah tapi rasio pajak sulit naik. Itu artinya tidak berkorelasi antara peningkatan miliarder baru dengan penerimaan pajak secara signifikan. Padahal secara teori itu akan memberi dampak bagi penerimaan pajak.
"Ketiga, harta kekayaan miliarder tidak sepenuhnya disimpan di dalam negeri, sebagian terindikasi melibatkan perusahaan cangkang, hingga terindikasi melakukan penggelapan pajak seperti terungkap dalam laporan Panama Papers," pungkas Bhima.
Pernyataannya itu berkaitan dengan laporan Forbes yang menempatkan Indonesia di posisi 20 sebagai negara dengan jumlah miliarder terbanyak. Tercatat jumlah miliarder di Indonesia mencapai 29 orang, berkurang satu dari tahun sebelumnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News