Staf Senior Vice President Transformasi Bisnis Pupuk Kaltim Yusva Sulistyo mengatakan perusahaan terus berkomitmen dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui produk berkualitas, sekaligus meningkatkan upaya dalam mendorong produktivitas pertanian daerah.
Program Agrosolution sendiri dihadirkan sebagai ekosistem pertanian terintegrasi melalui sinergi BUMN untuk memberi kemudahan bagi petani dalam meningkatkan kapasitas hasil pertanian. Mulai dari akses permodalan serta agri input seperti benih, pupuk dan pestisida, asuransi gagal panen, pendampingan penerapan teknologi pertanian, hingga offtaker untuk jaminan pembelian hasil komoditas secara berkesinambungan.
"Dari berbagai kemudahan yang diberikan pada program Makmur, diharap petani akan lebih sejahtera tanpa khawatir hasil panen tidak terserap oleh pasar," ujar Yusva dalam panen raya padi bersama Pemkab Trenggalek, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 2 November 2022.
Pendampingan program Makmur ini juga upaya menekan ketergantungan petani akan pupuk bersubsidi, dimana Pupuk Kaltim menghadirkan produk non subsidi NPK Pelangi 20-10-10 yang sangat cocok untuk peningkatan produktivitas padi, dengan pemakaian yang jauh lebih hemat dibanding pupuk bersubsidi. Hasilnya pun jauh lebih tinggi, yang telah dibuktikan beragam demonstration plot (demplot) maupun program Makmur di berbagai daerah di Indonesia.
Terbaru, produktivitas padi varietas Ciherang hasil ubinan BPP Sukorejo Kabupaten Ponorogo, mengalami kenaikan sebesar 20 persen dengan hasil rata-rata 7,9 ton per hektare (ha) dibanding sebelumnya maksimal 6,5 ton per ha. Dalam artian ada kenaikan hasil 1,3 ton per ha dengan penggunaan NPK Pelangi 20-10-10 selama pendampingan program Makmur.
"Selain itu, komoditas padi varietas Inpari 32 di Sukomoro Magetan juga mengalami kenaikan produktivitas sebesar 20 persen dari sebelumnya, dengan kenaikan rata-rata 1,5 ton per ha," tandas Yusva.
Baca juga: Mentan Dorong Pelaku Usaha dan Industri Serap Jagung Hasil Panen Petani |
Pada kesempatan itu Pupuk Kaltim turut memberikan edukasi pengolahan pembuatan kompos menggunakan biodekomposer Biodex bagi petani setempat. Hal ini mengingat sudah tidak ada lagi subsidi pupuk organik oleh Pemerintah, sehingga petani harus mulai membiasakan diri menjaga daya dukung lahan agar tetap produktif menggunakan pupuk organik.
Dijelaskan Yusva, Biodex diproduksi Pupuk Kaltim sebagai bioaktivator perombak atau pendegradasi bahan organik ramah lingkungan, untuk membantu perbaikan kualitas lahan pertanian. Penggunaan biodekomposer ini ditujukan untuk mempercepat proses dekomposisi kandungan bahan organik, hanya dalam waktu dua hingga tiga minggu bahan organik telah siap menjadi pupuk kompos.
"Biodex dapat diaplikasikan tanpa harus menambahkan bahan lainnya seperti molase atau tetes tebu sebagai katalisator. Hal ini juga sudah dibuktikan para petani di Madiun, Ponorogo, Malang, dan Bojonegoro yang sudah menjalankan produksi pupuk kompos secara mandiri menggunakan Biodex," lanjut Yusva.
Melalui edukasi yang diberikan, petani Trenggalek didorong mampu meningkatkan daya dukung lahan dengan memanfaatkan Biodex serta jerami sisa panen, sehingga sifat biologis tanah dapat terjaga dengan adanya pupuk organik. Terlebih kandungan Biodex juga terbukti mampu menanggulangi beberapa penyakit pada tanaman seperti layu fusarium.
"Selain sebagai perombak bahan organik, Biodex juga bisa dimanfaatkan sebagai biopestisida untuk memproteksi tanaman agar tahan terhadap serangan penyakit. Sebab ada kandungan bakteri Trichoderma sp. didalamnya," pungkas Yusva.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id