Apalagi, Indonesia kaya akan nikel yang merupakan bahan penting pembuatan baterai kendaraan listrik. Diperkirakan, Indonesia punya 11,7 miliar ton bijih nikel dan cadangannya mencapai 4,5 miliar ton.
Presiden Direktur PT Ceria Nugraha Indotama Derian Sakmiwata mengatakan, Indonesia merupakan raja nikel. Oleh sebab itu, dia serius dalam menggarap potensi nikel di Indonesia.
"Kami berkomitmen untuk mendukung program net zero emission pemerintah pada 2060. Kami dalam proses membangun pabrik untuk baterai," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 10 Maret 2023.
Bangun smelter
Ceria sendiri akan mengembangkan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang dapat mengolah bijih nikel kadar tinggi (saprolite) dan bijih nikel kadar rendah (limonite) yang memiliki kandungan kobalt yang baik dengan menggunakan dua teknologi.
Bijih saprolite diolah menggunakan teknologi RKEF terkini, yaitu rectangular RKEF dengan kapasitas 72MVA untuk setiap linenya. Sementara bijih limonite akan diolah dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Saat ini, Ceria sedang membangun line satu smelter dari target empat smelter RKEF dengan tungku persegi panjang 72 MVA dengan kapasitas produksi FeNi 252.700 tpa dengan kadar 22 persen nikel. Nanti, kapasitas produksi smelter itu akan mengandung logam Nikel sebanyak 55.600 ton pada produknya.
Fasilitas HPAL akan dibangun secara bertahap dan diharapkan dapat memiliki kapasitas produksi total sebesar 312 ribu ton mixed hydroxide precipitation (MHP) yang di dalamnya terkandung 120 ribu ton nikel dan 12.300 ton cobalt.
"Ceria melihat pengembangan smelter RKEF dan HPAL sebagai tahapan pengembangan awal menuju hilirisasi nikel. Ceria merencanakan pengembangan yang terdiri atas lima tahapan pengembangan proyek pengolahan dan pemurnian bijih nikel," paparnya.
Baca juga: Dear Pemerintah! Ini Pertimbangan Penting Batasi Ekspor Konsentrat Tembaga |
Dorong RI jadi pusat produksi kendaraan listrik dan baterai
Lebih lanjut dia menjelaskan, Ceria punya tujuan untuk menjadi pemain integral dalam upaya Indonesia untuk menjadi pusat produksi kendaraan listrik dan baterai global. Oleh sebab itu, dia juga berkomitmen pada praktik berkelanjutan dan inovasi teknologi.
Guna mengimplementasikannya, Ceria berinvestasi dalam teknologi pemurnian yang akan memenuhi permintaan nikel dan kobalt. Apalagi, saat ini permintaannya terus meningkat di seluruh dunia yang bermuara pada percepatan transisi energi hijau dengan output green product.
"Ceria adalah perusahaan pertambangan dan pemurnian nikel dan kobalt yang mengutamakan efisiensi serta praktik berkelanjutan. Upaya ini sangat penting untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 yang sudah menjadi kesepakatan pemerintah pada G20, 2022 Summit," imbuhnya.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News