Pensosbud KBRI Moskow Enjay Diana mengatakan sebanyak 85 peserta perwakilan dari pihak pemerintah, pelaku bisnis di sektor energi, serta akademisi Indonesia dan Rusia berpartisipasi pada webinar.
Pada kesempatan itu Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Ngurah Swajaya mengatakan perlunya kolaborasi untuk mendorong diversifikasi pasokan energi sebagai kunci ketahanan dan kemandirian energi nasional dalam menghadapi ancaman pandemi covid-19 dan kemungkinan disrupsi lain di masa mendatang. Pasokan energi di Indonesia dan Rusia selama ini memang masih didominasi oleh energi fosil.
"Penggunaan energi fosil yakni migas dan batu bara mencakup 69 persen konsumsi energi di Indonesia, hal ini serupa dengan Rusia, dengan tujuh persen konsumsi energi berasal dari gas dan batu bara," ujar Ngurah, dikutip dari Antara, Selasa, 22 September 2020.
"Rusia merupakan mitra yang tepat bagi Indonesia untuk pengembangan sumber energi alternatif dan energi terbarukan," tambah Wakil Presiden Business Rusia Nonna Kagramanyan.
Kepala IIPC London Aditia Prasta menuturkan Indonesia memiliki kepentingan dalam pengembangan energi terbarukan. "Indonesia saat ini memiliki target 23 persen energi baru dan terbarukan pada tahun 2025, sesuai dengan amanat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)," ujarnya.
Di sisi lain, Pakar Energi Indonesia Toronata Tambun menyatakan di masa mendatang Indonesia masih akan memiliki kebutuhan yang besar pada energi fosil, sehingga tidak bisa hanya bergantung pada energi baru dan terbarukan.
"Para pelaku usaha Rusia di bidang energi harus memandang ini sebagai kesempatan untuk melakukan investasi di Indonesia, bukan hanya untuk energi baru dan terbarukan tetapi juga pengembangan energi fosil menggunakan clean technology," ujarnya.
Direktur MKS Group Maxim Zargonov sekaligus Presiden Asosiasi Pembangkit Tenaga Listrik Rusia memperkenalkan perusahaannya yang bergerak di sektor energi dan berpeluang untuk menjadi mitra bagi pengusaha-pengusaha sektor energi di Indonesia. MKS Group telah memiliki beberapa cabang di antaranya di Jerman, Kazakhstan, dan Uni Emirat Arab.
Menanggapi para pembicara Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Tri Mumpuni menyatakan pentingnya berinvestasi pada teknologi energi yang berbasis pemberdayaan masyarakat setempat.
"Indonesia membutuhkan teknologi pembangkit energi micro-hydro dan micro-geothermal untuk dapat dijangkau oleh masyarakat di pulau-pulau terpencil di Indonesia," ujar Tri.
Hal ini langsung ditanggapi Maxim Zargonov yang mengatakan bahwa pihaknya memiliki teknologi pembangkit listrik tersebut dan siap bekerja sama dengan Indonesia untuk pengembangan teknologi dimaksud. Dalam webinar ini terjadi interaksi yang intensif antara pengusaha Rusia dan Indonesia dari diskusi yang mengemuka terdapat ketertarikan dari kedua belah pihak untuk menjalin kerja sama lebih lanjut.
Sebagai tindak lanjut, KBRI Moskow akan membentuk platform komunikasi yang dapat digunakan oleh pelaku bisnis energi Rusia dan Indonesia untuk merealisasikan kerja sama di bidang energi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News