Baca juga: Pelaku Industri Furnitur Membutuhkan Pembaruan Mesin |
Ketiga ajang ini menghadirkan rantai pasok furnitur dan desain interior paling komprehensif di Asia Tenggara mulai dari bahan baku, mesin pengolahan kayu, komponen, hingga solusi akhir. Dengan luas pameran 17.832 m², tercatat 13.689 pengunjung bisnis dan 482 peserta pameran dari 49 negara hadir untuk menjajaki peluang pasar.
Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen furniture terbesar di Asia. Urbanisasi yang pesat, kelas menengah yang berkembang, serta permintaan akan hunian modern mendorong industri furnitur domestik ke arah pertumbuhan berkelanjutan.
“Indonesia adalah pasar yang menarik dan dinamis. Sebagai pemain global dalam ekspor furnitur, negara ini menuntut perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi produksi terbaru agar tetap kompetitif,” ujar Manager International, Lamello AG Philipp Senft.
Menurutnya, Jakarta kini menjadi titik masuk penting bagi pemasok Eropa untuk menjangkau pasar Asia Tenggara. Bagi produsen lokal, acara ini menjadi ajang untuk menunjukkan kualitas produk yang mampu bersaing dengan Tiongkok maupun Jerman.
“Pameran ini menampilkan berbagai merek lokal, dari segmen umum hingga premium. Potensi Indonesia untuk bersaing di tingkat global sangat besar,” kata DIY Influencer Dimas Gepeto.
Tren Global: Keberlanjutan dan Material Alternatif
Selain aspek pasar, tren global yang semakin menekankan inovasi berkelanjutan juga hadir dalam pameran ini. Re:Create Stage menjadi sorotan dengan diskusi tentang material sirkular, desain multifungsi, dan ekosistem material alternatif.Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) menyoroti tantangan merancang furnitur multifungsi, sementara PLAYO memperkenalkan ekosistem material alternatif di Indonesia. Diskusi ini menegaskan bahwa pasar furnitur tak lagi hanya soal estetika, melainkan juga keberlanjutan dan efisiensi penggunaan ruang menjadi dua faktor penting dalam permintaan global saat ini.
Indonesia tercatat sebagai salah satu eksportir utama furniture ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Namun, untuk menjaga daya saing, industri perlu memperkuat adopsi teknologi, kualitas desain, dan keberlanjutan.
“Interzum jakarta memberi kami kesempatan bertemu calon pembeli dan mitra potensial dari seluruh Asia Tenggara,” ujar Managing Director Phyta Asia, Aaron Boo,yang melihat Indonesia sebagai pasar dengan penjualan perangkat lunak desain furnitur tertinggi di kawasan.
Sementara itu, produsen perangkat keras asal Jerman, Brockhaus HEUER, memandang International Hardware Fair Indonesia sebagai jalan efektif terhubung langsung dengan distributor lokal sekaligus pembeli internasional.
Dengan integrasi bersama IFMAC & WOODMAC yang sudah mapan, Indonesia mempertegas perannya sebagai hub industri furnitur Asia Tenggara. Ketiga ajang ini dijadwalkan kembali berlangsung pada 23–26 September 2026 di JIExpo Kemayoran, membawa harapan bagi semakin kuatnya daya saing Indonesia di pasar furnitur global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id