Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo. Foto: Dokumen PLN
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo. Foto: Dokumen PLN

Dirut PLN Ajak Kolaborasi Global Atasi Perubahan Iklim Dunia

Annisa ayu artanti • 20 November 2023 14:02
Yogyakarta: PT PLN (Persero) kembali menegaskan pentingnya kolaborasi global dalam mengatasi perubahan iklim dunia saat ini. 
 
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam diskusi panel yang merupakan salah satu rangkaian perayaan Milad ke-111 tahun Persyarikatan Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, pekan lalu. 
 
Dalam diskusi yang melibatkan akademisi, praktisi, sekaligus pembuat kebijakan dari 13 negara, Darmawan mengatakan, kunci untuk memerangi perubahan iklim adalah menyatukan komunitas global untuk sama-sama berjuang dan tidak membuatnya terfragmentasi. 
 
Menurutnya, setiap ton emisi CO2 yang timbul antara satu tempat dengan tempat lainnya akan menimbulkan dampak kerusakan yang sama. Karena itu, untuk melawan perubahan iklim tidak bisa hanya satu negara atau institusi saja melainkan seluruh pihak.
 
"Jadi harus diatasi dan ditangani oleh komunitas global, tidak hanya masyarakat Indonesia saja atau PLN, kita tidak akan mampu menanggung beban ini sendirian. Satu-satunya cara untuk maju adalah dengan berkolaborasi," kata Darmawan, dikutip Senin, 20 November 2023.
 
Baca juga: Pembiayaan Berkelanjutan Upaya Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
 
Darmawan menambahkan, semangat untuk memerangi perubahan iklim juga perlu didasarkan rasa kepedulian untuk generasi mendatang. Dirinya berharap semangat perubahan iklim bukan hanya berdasarkan perjanjian semata.
 
”Ada banyak perjanjian lingkungan hidup internasional mulai dari Protokol Kyoto, Perjanjian Paris, tapi kami melakukan ini bukan hanya karena perjanjian internasional. Kami melakukan ini karena kami benar-benar peduli. Kita perlu memastikan bahwa masa depan generasi mendatang harus lebih baik dari masa depan kita,” tutur Darmawan.
 
Untuk mendukung komitmen tersebut, lanjut Darmawan, sejak tiga tahun lalu, PLN telah menghapus rencana pembangunan proyek PLTU batubara sebesar 13 Gigawatt (GW). Langkah ini berhasil menghindarkan Indonesia dari 1,8 miliar ton emisi CO2 dalam kurun 25 tahun.

PLN rancang green RUPTL dalam sejarah Indonesia 

Lalu, PLN juga telah merancang Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) paling hijau atau green RUPTL dalam sejarah Indonesia guna mencapai target Net Zero Emissions pada 2060.
 
"Kami sedang dalam proses merancang ulang perencanaan listrik nasional, 75 persen dari tambahan kapasitas pembangkitan berasal dari energi terbarukan, tidak ada lagi batu bara dalam desain dan pengembangan, sisanya 25 persen berasal dari gas alam yang sebetulnya pengurangan emisinya sudah sampai 60 persen,” kata Darmawan.
 
Lebih lanjut, PLN juga menyiapkan strategi andal yang disebut Acceleration Renewable Energy Development (ARED) guna mempercepat transisi energi. Hal ini untuk mengatasi sejumlah tantangan seperti ketidaksesuaian antara lokasi pembangkit listrik berbasis EBT dengan episentrum kebutuhan listrik.
 
”Kami menghadapi beberapa tantangan. Ketidaksesuaian antara lokasi pembangkit listrik tenaga air skala besar dengan episentrum permintaan. Jadi, kami merancang dan mengembangkan apa yang kami sebut Accelerated Renewable Energy Development,” jelas Darmawan.
 
Melalui ARED kata Darmawan, potensi intermitensi dari EBT mampu diputus. Bahkan potensi EBT yang ada mampu dimaksimalkan. Dia mencontohkan bauran dari energi angin dan surya tanpa ARED hanya mampu diakses sebesar 5 GW saja, dengan ARED ini mampu ditingkatkan menjadi 28 GW.
 
Sebab, penambahan pembangkit EBT berbasis surya dan angin yang bersifat intermiten menyebabkan fluktuasi dan berpotensi memberikan tekanan cukup besar pada sistem kelistrikan.
 
Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Langkah Nyata RI Wujudkan Transisi Energi
 
"Karena itu, kami membangun ARED yang dibekali Smart Grid secara end-to-end dan pembangkitan yang fleksibel. Dengan hadirnya Smart Grid dan Flexible Generation, penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya meningkat hampir enam kali lipat dari lima GW menjadi 28 GW pada 2040," ujar Darmawan.
 
Darmawan menekankan, transisi energi juga penting untuk mempercepat pertumbuhan, membangun kapasitas nasional dengan menciptakan lapangan kerja. Di saat bersamaan, hal ini juga akan memberikan kesejahteraan pada masyarakat dan mengentaskan kemiskinan, serta mampu menjaga lingkungan.
 
”Transisi energi ini sangat penting kita lakukan dalam menyediakan energi berkelanjutan bagi masyarakat kita. Di sini saya ingin menyampaikan bahwa kami berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca untuk memperlambat pemanasan dan mendinginkan bumi,” ucap Darmawan. 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan