Zulkifli menjelaskan, kratom merupakan primadona di Kalimantan Barat yang banyak diekspor ke luar negeri. Tata niaga kratom, dimaksudkan untuk menjaga nilai ekonomis dari tanaman kratom.
"Saya dari awal mendukung agar kratom bisa diekspor. Sekarang sudah bisa diekspor. Sekarang menurut saya, harus ditata (niaga), agar harganya itu tidak dijual murah, tidak asal-asalan," kata Zulkifli, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 15 Maret 2024.
Tanaman kratom asal Indonesia, khususnya dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, saat ini sangat digemari oleh pasar Amerika Serikat (AS). Setiap bulan tercatat pengiriman kratom Kapuas Hulu ke AS sebanyak 2.000 ton.
Kratom asal Kapuas Hulu di AS diolah lagi menjadi berbagai produk, mulai dari minuman kesehatan, minuman untuk kebugaran, hingga sabun yang mengandung analgesik.
Baca juga: Indonesia Cetak Surplus Neraca Perdagangan Lagi, Rekor 46 Bulan Berturut-turut! |
Jaga kualitas tanaman
Zulkifli lebih lanjut menjelaskan, setelah ditataniagakan, kualitas kratom yang dijual harus bisa terjaga. Dengan demikian harga jual kratom akan tetap terjaga, dan bisa berdampak positif ke para petani.
"Ini harus kita tata niagakan, agar harganya mendapatkan harga yang baik. Dan jangka panjang dapat kita olah menjadi barang yang bernilai tinggi dengan hilirisasi, dalam bentuk produk-produk jadi," ujar dia.
Sementara itu, Ketua Appuri Ibrahim menjelaskan pengelolaan industri kratom tentunya akan membantu mendongkrak perekonomian di tempat kratom dibudidayakan. Selain itu, kratom juga bisa memberikan manfaat kesehatan
"Kratom membuat tingkat kriminalitas di Kapuas Hulu turun, karena tingkat pendidikan sekarang sudah tinggi, ekonomi masyarakat juga banyak yang terdongkrak oleh kratom ini," papar Ibrahim.
Ibrahim menambahkan, selain sebagai tanaman karbon, kratom juga berhasil menjaga kelestarian lingkungan, karena menjadi tanaman penopang di sepanjang pinggiran Sungai Kapuas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News