Jakarta: Pencabutan pungutan ekspor dinilai belum mengakhiri penderitaan petani. Serapan tandan buah segar (TBS) sawit yang masih rendah berimbas pada anjloknya harga TBS hingga saat ini menjadi pukulan berat bagi petani sawit.
Ketua Umum Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI) Marr'ie Andi Muhammadyah (Mdy Sappo) mengatakan, per hari ini, serapan TBS sawit belum optimal atau pulih seperti sebelum adanya pelarangan ekspor CPO.
Hal ini merupakan imbas dari stok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang masih menumpuk di tangki-tangki penampungan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akibat larangan ekspor CPO beberapa waktu lalu.
"Menurut info PKS, tidak optimal untuk mengeluarkan CPO diakibatkan kesulitan sarana angkutan yaitu kapal untuk mengangkut CPO, karena saat larangan ekspor banyak kapal-kapal pengangkut berpindah ke angkatan lainnya dan melakukan kontrak panjang," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 26 Juli 2022.
Selain itu, Mdy Sappo juga mengeluhkan harga TBS petani yang masih jauh dari harapan karena masih sedikit PKS yang mau menampung TBS petani akibat tangki-tangki di pabrik-pabrik tersebut yang masih penuh.
Dia menjelaskan, saat meskipun harga CPO sudah rendah atau turun hingga 40 persen dari harga sebelum larangan ekspor berlaku dan pungutan ekspor atau levy sudah nol persen, namun belum bisa mengangkat harga TBS di tingkat petani. Ini salah satunya disebabkan oleh masih tingginya bea keluar yang diterapkan pemerintah untuk ekspor CPO.
"Sebab bea keluar masih sangat tinggi yaitu USD288 per ton dan ini dibebankan pada harga TBS petani, sebelum harga CPO tertinggi pernah di kisaran USD2.000 per MT. Sekarang kan jatuh di kisaran USD1.185 per MT, nah jika dikenakan bea keluar sebesar USD288 per MT artinya harganya hanya USD897 per MT. Yang USD288 dibebankan pada harga TBS petani," jelas dia.
Oleh sebab itu, untuk mendongkrak ekspor CPO lebih cepat, petani meminta agar pemerintah juga mencabut bea keluar CPO. Dengan demikian diharapkan bisa membuat tangki-tangki di PKS segera kosong dan bisa membuat serapan TBS sawit meningkat. Pada ujungnya, akan membuat harga TBS sawit petani melonjak ke level normal.
"Cabut bea keluar CPO supaya bisa meningkatkan harga TBS Petani meningkat tidak seperti saat ini," tutup dia.
Ketua Umum Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI) Marr'ie Andi Muhammadyah (Mdy Sappo) mengatakan, per hari ini, serapan TBS sawit belum optimal atau pulih seperti sebelum adanya pelarangan ekspor CPO.
Hal ini merupakan imbas dari stok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang masih menumpuk di tangki-tangki penampungan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akibat larangan ekspor CPO beberapa waktu lalu.
"Menurut info PKS, tidak optimal untuk mengeluarkan CPO diakibatkan kesulitan sarana angkutan yaitu kapal untuk mengangkut CPO, karena saat larangan ekspor banyak kapal-kapal pengangkut berpindah ke angkatan lainnya dan melakukan kontrak panjang," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 26 Juli 2022.
Selain itu, Mdy Sappo juga mengeluhkan harga TBS petani yang masih jauh dari harapan karena masih sedikit PKS yang mau menampung TBS petani akibat tangki-tangki di pabrik-pabrik tersebut yang masih penuh.
Baca juga: Pungutan Ekspor CPO dan Turunannya Kena Tarif Progresif per 1 September |
Dia menjelaskan, saat meskipun harga CPO sudah rendah atau turun hingga 40 persen dari harga sebelum larangan ekspor berlaku dan pungutan ekspor atau levy sudah nol persen, namun belum bisa mengangkat harga TBS di tingkat petani. Ini salah satunya disebabkan oleh masih tingginya bea keluar yang diterapkan pemerintah untuk ekspor CPO.
"Sebab bea keluar masih sangat tinggi yaitu USD288 per ton dan ini dibebankan pada harga TBS petani, sebelum harga CPO tertinggi pernah di kisaran USD2.000 per MT. Sekarang kan jatuh di kisaran USD1.185 per MT, nah jika dikenakan bea keluar sebesar USD288 per MT artinya harganya hanya USD897 per MT. Yang USD288 dibebankan pada harga TBS petani," jelas dia.
Oleh sebab itu, untuk mendongkrak ekspor CPO lebih cepat, petani meminta agar pemerintah juga mencabut bea keluar CPO. Dengan demikian diharapkan bisa membuat tangki-tangki di PKS segera kosong dan bisa membuat serapan TBS sawit meningkat. Pada ujungnya, akan membuat harga TBS sawit petani melonjak ke level normal.
"Cabut bea keluar CPO supaya bisa meningkatkan harga TBS Petani meningkat tidak seperti saat ini," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News