"Biaya logistik dihitung berdasarkan realisasi perekonomian Indonesia sampai 2022," kata Sekretaris Utama Bappenas Taufik Hanafi dalam acara 'Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045', dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 20 September 2023.
Taufik mengungkapkan, perhitungan biaya logistik ini merupakan hasil kolaborasi Bappenas, Kementerian Perekonomian, Badan Pusat Statistik (BPS), kalangan perguruan tinggi, dan para pelaku usaha.
Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan, tren investasi di Indonesia dalam empat tahun terakhir terus meningkat dan selalu melampaui target. Pada 2019, dengan target Rp792 triliun, realisasi investasi mencapai Rp809 triliun. Kemudian pada 2022 realisasi investasi mencapai Rp1.207 triliun, di atas target sebesar Rp1.200 triliun.
Namun, menurut Suharso, investasi di Indonesia masih menghadapi kendala Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang tinggi, yakni berkisar di angka 6. Indeks ini merujuk pada efisiensi di sektor investasi.
Makin tinggi ICOR, investasi makin tidak efisien. Angka tersebut juga yang tertinggi di antara negara-negara pesaing di ASEAN. "Salah satu penyebab ICOR kita yang masih tinggi ada di logistik," papar Suharso.
Pelindo berperan pangkas biaya logistik
PT Pelindo (Persero) menyambut baik perhitungan baru yang menghasilkan angka biaya logistik yang sudah jauh lebih rendah dibandingkan posisi 2018. Sebagai salah satu pelaku utama di sektor logistik, Pelindo sejak Oktober 2021 sudah melakukan transformasi untuk ikut berperan menurunkan biaya logistik.
Pada 1 Oktober 2021, Kementerian BUMN menggabungkan empat BUMN pelabuhan menjadi PT Pelindo (Persero). Setelah merger, Pelindo kemudian membentuk empat subholding atau anak usaha.
Empat anak perusahaan itu adalah PT Subholding Pelindo Terminal Peti Kemas (SPTP), PT Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), PT Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), dan PT Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL). Pembentukan empat anak usaha itu membuat mereka fokus pada masing-masing bidang pelayanan, sehingga kinerjanya meningkat.
Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menyampaikan, transformasi di level operasional langsung dilaksanakan anak-anak usaha. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain memperpendek waktu sandar (port stay) dan masa tinggal kontainer di terminal (cargo stay), menyatukan sistem pelayanan, dan pembayaran melalui aplikasi online dan digital. Tujuannya adalah untuk mengefisienkan operasional di pelabuhan, yang pada akhirnya akan menguntungkan Pelindo dan para pengguna jasa kepelabuhan dan terminal.
Hasil transformasi tersebut bisa dilihat dari pertumbuhan kinerja operasional. Arus peti kemas pada 2022 mencapai 17,2 juta TEUS, naik satu persen dibandingkan periode yang sama 2021. Jumlah arus barang yang terealisasi mencapai 160 juta ton, tumbuh sembilan persen dari tahun sebelumnya.
"Total arus kapal yang dilayani Pelindo mencapai 1,2 miliar gross ton (GT), naik satu persen. Sedangkan jumlah penumpang tumbuh 86 persen menjadi mencapai 15 juta orang," papar dia.
Pada ujungnya, proses transformasi melalui efisiensi dan optimalisasi sumber daya, Pelindo berhasil membukukan laba bersih Rp3,9 triliun (audited), naik 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Penggabungan Pelindo telah menciptakan sinergi antar entitas dalam Pelindo Grup sehingga pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi dan lebih optimal," papar Arif.
Baca juga: Punya Potensi Besar, ASEAN Perlu Dorong Daya Saing Logistik |
Sumbang Rp7,2 triliun ke Negara
Kontribusi Pelindo kepada Negara pada 2022 juga meningkat, yakni mencapai Rp7,2 triliun atau lebih tinggi 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp4,7 triliun. Kontribusi tersebut dalam bentuk setoran Dividen, Pajak (PPh, PPN dan PBB), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta Konsesi.
Bambang Gunawan dari PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) memuji pelayanan Pelindo yang kini cepat tanggap dan efisien. Meski tak semua pelabuhan mendapat tambahan peralatan, hampir semua pelabuhan besar di Indonesia kinerjanya membaik.
"Di Sorong, misalnya, dulu hari Minggu tidak ada yang bekerja, sekarang sejak pagi pun bisa bongkar muat. Ini luar biasa," ungkap dia.
Saat ini SPIL mengoperasikan enam kapal kargo dengan kapasitas antara 1.000-1.500 peti kemas, untuk pelayaran long haul dari Belawan ke Pekanbaru, lalu ke Jakarta, kemudian menyusuri Surabaya, Makassar, Ambon, Sorong, dan berakhir di Jayapura.
"Dulu, waktu tempuh biasanya 42 hari, sekarang cukup 36 hari. Dengan begitu, biaya operasi SPIL bisa ditekan jauh lebih rendah," jelas Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News