Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto. Dok. Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto. Dok. Istimewa

Menko Airlangga: Pemerintah Terus Bekerja Keras Ciptakan Iklim Usaha Kondusif

Juven Martua Sitompul • 03 Februari 2022 14:37
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyebut sinyal optimisme pemulihan ekonomi terus bertambah. Khususnya, terlihat dari sektor manufaktur yang semakin menggeliat.
 
“Kinerja sektor manufaktur yang terus terekspansif perlu diapresiasi. Pemerintah juga akan bekerja keras menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga performa positif ini dapat terus ditingkatkan,” kata Airlangga kepada wartawan, Jakarta, Kamis, 3 Januari 2022.
 
Sikap optimistis Airlangga didasari pada Laporan Purchasing Managers’ Index (PMI) yang diterbitkan IHS Markit di mana output sektor manufaktur Indonesia kembali di posisi ekspansif sebesar 53,7 pada Januari 2022. Ini lebih tinggi dari Desember 2021 yang mencapai 53,5.

Dengan demikian, sektor manufaktur melanjutkan level ekspansi selama lima bulan berturut-turut dan masih mengungguli beberapa negara ASEAN. Di antaranya, Thailand (51,7), Filipina (50,0), dan Myanmar (48,5).
 
"Dalam rangka menjaga tren pemulihan ekonomi nasional, pemerintah akan mencermati berbagai risiko pencapaian inflasi tahun 2022, termasuk yang berasal dari imported inflation,” kata Airlangga.
 
Baca: Lonjakan Inflasi Jadi Sinyal Optimisme Pemulihan Ekonomi
 
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dunia, kata Airlangga, permintaan yang tinggi telah mendorong naiknya harga-harga komoditas esensial dan berdampak terhadap kenaikan inflasi global. IMF dalam publikasi terbaru World Economic Forum, yang dirilis Januari 2022 juga menyampaikan kenaikan inflasi merupakan salah satu faktor risiko pemulihan ekonomi pada 2022.
 
Airlangga mengatakan berlanjutnya harga energi yang tinggi disertai gangguan rantai pasok telah mendorong peningkatkan inflasi. Terutama, di Amerika Serikat dan banyak negara Emerging Market and Developing Economies (EMDE). Amerika Serikat sendiri menutup tahun 2021 dengan tingkat inflasi menembus 7 persen dan merupakan tertinggi sejak Juni 1982.
 
“Pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia maupun pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk memitigasi berbagai tantangan pencapaian inflasi 2022 baik yang berasal dari global maupun domestik. Penguatan program kerja dan strategi kebijakan pengendalian inflasi di level daerah menjadi strategis dalam mendukung pencapaian inflasi nasional tetap terkendali di tengah risiko-risiko yang dihadapi,” ujar Airlangga.
 
Airlangga menilai dari sisi sektor riil, peningkatan demand global juga harus menjadi peluang yang bisa ditangkap. Dengan output manufaktur Indonesia ke depan yang diperkirakan semakin bertumbuh, prospek permintaan barang ekspor diharapkan terus meningkat.
 
Terlebih, IHS Markit mencatat pesanan barang ekspor Indonesia di Januari 2022 merupakan rekor kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan periode Januari sejak survei PMI dijalankan.
 
"Untuk mengakselerasi kinerja ekspor dan memanfaatkan momentum yang ada, pemerintah akan terus mendorong program hilirisasi komoditas unggulan, seperti CPO, nikel, bauksit, tembaga, hingga timah. Di samping itu, investasi pada industri 4.0 juga akan ditingkatkan sehingga produk-produk ekspor Indonesia ke depan semakin berdaya saing dan bernilai tambah tinggi,” tegas Airlangga.
 
 

Airlangga mengatakan menurut capaian Inflasi Januari dipengaruhi oleh pergerakan pada seluruh komponen inflasi dengan komponen inti menjadi penyumbang andil tertinggi terhadap inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari yakni sebesar 0,27 persen.
 
Inflasi inti sebesar 0,42 persen (mtm) dan merupakan tertinggi sejak Agustus 2019. Sementara secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 1,84 persen dan juga tertinggi sejak September 2020. Peningkatan inflasi inti pada Januari 2022 terutama disebabkan adanya peningkatan harga komoditas ikan segar, mobil, tarif kontrak rumah, dan sewa rumah.
 
Inflasi Volatile Food (VF) tercatat sebesar 1,30 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi VF bulan sebelumnya sebesar 2,32 persen (mtm) maupun rerata historis bulan Januari empat tahun terakhir sebesar 1,66 persen (mtm). Beberapa komoditas VF yang dominan menyumbang terhadap inflasi Januari antara lain kenaikan harga daging ayam, beras, telur ayam ras, dan tomat.
 
Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah. Kenaikan harga beras pada Januari disebabkan oleh rendahnya panen pada November-Desember 2021 disertai dengan terjadinya hidrometeorologi pada awal 2022.
 
Harga beras ditingkat penggilingan meningkat sebesar 2,23 persen (mtm) dan ditingkat eceran sebesar 0,94 persen( mtm). Kondisi ini diperkirakan masih berlangsung pada Februari meski tidak setinggi Januari dan kembali stabil mulai Maret karena mulai masuknya musim panen.
 
Sementara itu, minyak goreng yang menjadi komoditas paling dominan menyumbang inflasi tahun 2021 dengan andil sebesar 0,31 persen. Saat ini, kondisinya relatif terkendali dengan andil inflasi mencapai 0,01 persen di Januari 2022.
 
Pemerintah telah mengupayakan stabilisasi harga minyak goreng. Sebelumnya telah dikeluarkan kebijakan untuk memastikan agar masyarakat dapat memperoleh harga minyak goreng kemasan dengan harga terjangkau Rp14.000,00 per liter yang di mulai pada tanggal 19 Januari 2022.
 
Untuk mengantisipasi kenaikan harga migor, pemerintah juga telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng.  Kebijakan HET ini berlaku mulai 1 Februari 2022.
 
Subsektor yang mengalami peningkatan tertinggi yakni NTP Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,98 persen. Terutama disebabkan dari peningkatan harga gabah.
 
Harga gabah petani meningkat sebesar 4,96 persen (mtm) yang mendorong peningkatan harga beras ditingkat penggilingan maupun eceran. Kemudian diikuti oleh NTP Subsektor Peternakan yang meningkat sebesar 0,43 persen dan berada pada level 100,19.
 
Peningkatan NTP Subsektor Peternakan didorong utamanya dari peningkatan harga ayam ras pedaging. NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) juga mengalami peningkatan dan tercatat sebesar 131,81. NTPR tercatat terus mengalami peningkatan sejak Juli 2020 yang utamanya masih didorong dari kenaikan harga kelapa sawit.
 
Komponen inflasi administered prices (AP) tecatat sebesar 0,38 persen (mtm), menurun dibanding Desember 2021 sebesar 0,45 persen (mtm). Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) menjadi komoditas dengan andil penyumbang tertinggi sebesar 0,06 persen.
 
Peningkatan tersebut disebabkan karena adanya penyesuaian harga LPG nonsubsidi yang berkisar antara Rp1.600 sampai dengan Rp2.600 per kilogram dan telah berlaku sejak 25 Desember 2021. Selain BBRT, rokok kretek filter mencatatkan sumbangan terhadap inflasi Januari sebesar 0,01 persen.
 
Kenaikan harga aneka jenis disebabkan naiknya tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 192/PMK.010/2021 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau yang berlaku sejak 1 Januari 2022. Peningkatan inflasi AP masih tertahan oleh penurunan tarif angkutan udara sesuai dengan pola musimannya, dengan andil -0,03 persen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan