Distribusi pangan harus terjaga dengan membuka akses transportasi logistik seluas-luasnya antarprovinsi pada masa pandemi covid-19 (Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto)
Distribusi pangan harus terjaga dengan membuka akses transportasi logistik seluas-luasnya antarprovinsi pada masa pandemi covid-19 (Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto)

Defisit Pangan Bisa Disiasati dengan Suplai dari Daerah Surplus

Intan Yunelia • 03 Mei 2020 22:08
Jakarta: Anggota Komisi IV DPR RI, Hamid Noor Yasin menyebutkan, defisit pangan saat ini bukan sesuatu yang darurat untuk melakukan impor. Yang penting adalah distribusi terjaga dengan membuka akses transportasi logistik seluas-luasnya antarprovinsi pada masa pandemi covid-19.
 
"Kondisi pangan saat ini persoalannya bukanlah masalah tingginya komoditas pangan saja. Namun, untuk komoditas tertentu, para petani dan peternak menghadapi persolan murahnya harga sehingga mengancam kebangkrutan dunia usaha pertanian maupun peternakan," kata Hamid.
 
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mencontohkan, seperti ayam hidup di tingkat peternak, harganya terlalu murah dibandingkan biaya produksi (pakan). Begitu juga harga cabai. Laporan yang ia dapat dari beberapa petani sentra cabai seperti Malang atau Dompu, harga cabai terpuruk hingga Rp5.000.

Hamid menambahkan, untuk komoditas gula dan bawang putih, memang persoalannya harga tinggi yang menyusahkan konsumen. Bahkan, pemerintah akan mengusulkan revisi HET (harga eceran terendah gula).
 
"Dilema produk pangan, bila terlalu rendah menzalimi petani atau peternak. Bila terlalu tinggi menyusahkan rakyat banyak. Jadi harus wajar," ujarnya.
 
Legislator dari Wonogri Jawa Tengah ini menjelaskan, dari berbagai diskusi ilmiah baik lembaga kajian maupun kampus, stok pangan kita saat ini masih sangat aman hingga tiga bulan ke depan. Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan produksi beras Indonesia pada Juni 2020 surplus 6,4 juta ton.
 
Perkiraan ketersediaan beras tersebut didasarkan pada produksi dan kebutuhan konsumsi bulanan, serta memperhitungkan stok yang ada. Stok pada akhir Maret 2020 terhitung sebanyak 3,45 juta ton. Rinciannya, stok dari Bulog 1,4 juta ton, penggilingan 1,2 juta ton, pedagang 754 ribu ton, dan di lumbung pangan masyarakat (LPM) 2,939 ton.
 
Hamid mendesak kepada Kementan sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap penyediaan pangan, harus menyiapkan kenyataan strategi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, khususnya dalam situasi pandemi covid-19.
 
"Bukti realisasi janji pemerintah adalah tidak impor pangan. Karena dengan penjelasan kesiapan, kecukupan stok dan rencana-rencana strategis itu bila masih saja impor, berarti membohongi rakyat," ucap Hamid.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan