Ilustrasi Rupiah. Foto: MI/Rommy Pujianto
Ilustrasi Rupiah. Foto: MI/Rommy Pujianto

Ini Sektor Paling Rentan Terkena Imbas Pelemahan Rupiah

Insi Nantika Jelita • 19 Juni 2024 08:24
Jakarta: Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dapat mengancam kinerja industri manufaktur di Tanah Air, khususnya sektor padat karya berorientasi ekspor.
 
Seperti diketahui, pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, kurs rupiah semakin melemah dengan berada di posisi Rp16.412 per USD.
 
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, depresiasi rupiah semakin menambah beban operating expenditure (opex) atau biaya yang difungsikan untuk operasional sehari-hari perusahaan.

Padahal, beban opex dikatakan terus meningkat seiring dengan kenaikan upah, suku bunga dan beban lainnya.
 
"Industri yang paling rentan terdampak dari pelemahan rupiah itu industri padat karya berorientasi ekspor. Dengan beban opex semakin berat, berimbas pada penurunan daya saing industri tersebut," ungkap Shinta dilansir Media Indonesia, Rabu, 19 Juni 2024.
 
Depresiasi rupiah juga akan membuat kinerja industri-industri manufaktur nasional semakin tertekan karena cost of doing business atau biaya melakukan bisnis semakin mahal.
 
Ini membuat bisnis industri orientasi ekspor menjadi tidak kompetitif.
 
Baca juga: Rupiah Diramal Bisa Tembus Rp17.000/USD

Sektor padat karya merana

Selain itu, nasib usaha di sektor padat karya berorientasi ekspor semakin merana dengan adanya penurunan permintaan pasar akibat gejolak ekonomi.
 
Senada, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta menyampaikan pelemahan rupiah akan menambah beban usaha industri.
 
Dia menyebut sekitar 30 persen bahan baku utama serat dan benang filament masih impor. Dengan adanya tren depresiasi nilai tukar, maka harga pembelian bahan baku semakin mahal.
 
"Saat rupiah melemah, maka beban biaya bahan baku sektor hulu meningkat. Dampaknya juga akan memengaruhi cash flow (kas perusahaan)," jelas dia.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan