Ilustrasi kemiskinan ekstrem. Foto: Medcom.id
Ilustrasi kemiskinan ekstrem. Foto: Medcom.id

BLT Tak akan Menahan Peningkatan Kemiskinan Ekstrem

M Iqbal Al Machmudi • 04 September 2022 19:30
Jakarta: Executive Director of Institute for Development Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan meningkatkan angka kemiskinan ekstrem di masyarakat.
 
"Jika perhitungan kenaikan BBM maka garis kemiskinan juga ikut naik karena harga-harga ikut naik terutama harga pokok," kata Tauhid saat dihubungi, Minggu, 4 September 2022.
 
Diketahui pemerintah menargetkan penurunan tingkat kemiskinan pada 2023 ke level 7,5 persen hingga 8,5 persen dari target tahun ini 7,5 persen hingga 9,0 persen. Total masyarakat miskin ekstrem mencapai 5,59 juta jiwa per Maret 2022.
 
Keluarga miskin ekstrem cukup berat karena kondisi ekonominya berada di dasar bila diukur dari tingkatan ekonomi sehingga bila diberikan bantuan subsidi, BLT, atau lainnya maka akan sangat bergantung.
 
"Problemnya adalah jika bantuan tersebut relatif kurang atau rendah dari kebutuhan. Jika dilihat skenario sekarang kenaikan BBM karena dampaknya lebih besar dari pemerintah saya menduga angka kemiskinan ekstrem ini akan jauh lebih tinggi," ujar Tauhid.
 
Dalam perhitungan sederhana masyarakat miskin ekstrem per kapita Rp600 ribu per bulan padahal dalam satu keluarga terdiri empat hingga lima orang. Jika empat orang, maka dibutuhkan Rp2,4 juta per keluarga, nilai inflasinya enam sampai tujuh persen atau sekitar Rp280 ribu, bahkan nilai BLT yang Rp150 ribu per bulan masih rendah dari nilai inflasinya.
 
"Sehingga dia harus menanggung inflasi di bulan itu, harapannya bulan berikutnya inflasinya turun paling tidak," ucapnya.
 
Saat ini orang pada garis miskin ekstrem sudah memiliki kendaraan roda dua, dengan asumsi bekerja serabutan 20 hari kerja dengan mengonsumsi pertalite dengan kenaikan Rp2.350 per liter. Asumsi biasanya pengguna motor tiga sampai empat liter, karena banyak juga berprofesi sebagai ojek online dan pedagang yang menggunakan motor lebih sering.
 
Jika dihitung empat liter per hari selama 20 hari, maka sekitar Rp180 ribu. BLT yang diberikan hanya Rp150 ribu per bulan. Padahal masyarakat miskin ekstrem harus menanggung biaya inflasi harga pokok dan biaya BBM untuk mencari nafkah lebih dari itu.
 
"Jadi kenaikan BBM jadi kemiskinan akan naik karena batas garis kemiskinan naik, sementara pendapatan akan tergerus, daya beli masyarakat turun. Bantuan Langsung Tunai itu memang membantu tapi tidak bisa menahan laju daya beli yang semakin tinggi," jelasnya.
 
Baca juga: Bansos BBM Dipastikan Tepat Sasaran

 
Dihubungi terpisah, pengemudi ojek online Dean Permana, 27, menjelaskan kenaikan BBM ini memang sangat berpengaruh terhadap profesinya yang akan memotong biaya pendapatan per hari.
 
"Jika dulu dihitung sehari isi bensin Rp25 ribu per tiga liter sehari, pendapatan bersih menjadi Rp150 ribu. Kalau lagi sepi ya tentu di bawah nominal tersebut," tuturnya.
 
Selain itu, masyarakat juga harus berpikir mencari pendapatan lain selain pendapat tetap. Dean mengatakan setidaknya jangan bergantung menjadi driver harus ada sumber pendapatan lain. "Kalau hanya bergantung pada ojek online maka tidak akan berkembang, BBM juga pasti naik-naik terus," ucapnya.
 
Tauhid menjelaskan pemerintah harus memprioritaskan masyarakat miskin ekstrem ini dengan meningkatkan BLT. "Kita lihat prioritas masyarakat miskin ekstrem harus diberikan BLT tambahan dengan perbaikan data yang bagus. Nilainya bisa ditambah dengan orang-orang yang benar-benar tepat sasaran," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan