"Semua solusi terkait polusi udara membutuhkan perencanaan dan penelitian yang cermat. Identifikasinya harus tepat. Jika kita ingin menyelesaikannya dengan cepat, itu hanya sebatas mimpi," ucap Agus dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 September 2023.
Pada masalah polusi udara di Jakarta, Agus meminta pemerintah untuk mengambil langkah-langkah berupa solusi strategis yang tepat. Dia juga menyarankan agar masyarakat bersabar sambil terus mengurangi pemakaian kendaraan pribadi agar emisi yang dikeluarkan juga berkurang.
Dalam hal ini, ia dengan tegas menyatakan jika polusi udara di Jakarta bukan berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), seperti yang dituduhkan. Sebab, PLTU sudah terpasang alat-alat canggih yang mampu menyedot debu emisi.
"Sehingga jika beterbangan pun tidak akan sampai Jakarta. Lagian arah angin pada bulan-bulan ini juga enggak mengarah ke Jakarta," tutur dia.
Baca juga: Ini Tugas Satgas Pengendalian Udara DKI |
Kualitas udara membaik saat WFH
Di sisi lain, Agus mengungkapkan jika kualitas udara di Jakarta sudah membaik seiring dengan pemberlakuan kebijakan Work From Home (WFH) saat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN.
Itu artinya, terang dia, polusi udara Ibu Kota yang dalam beberapa pekan terakhir memburuk bukan berasal dari PLTU. Melainkan sektor transportasi.
"Soal polusi udara Jakarta jelas bukan PLTU penyebabnya," tegas Agus.
Ia memaparkan, sudah banyak penelitian yang menyebutkan sektor transportasi sebagai penyebab utama memburuknya kualitas udara di Jakarta. Tercatat, sektor tersebut menyumbang tidak kurang dari 44 persen polutan di Jakarta.
Hal tersebut juga diperkuat dari sumber data kualitas udara Jakarta. Menurut www.iqair.com, catatan data polusi udara Jakarta tidak mengalami perubahan yang signifikan, bahkan cenderung ke semakin memburuk sejak 29 Agustus meski beberapa unit PLTU Suralaya sudah pada kondisi shutdown.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News