Menurutnya, ini dapat terjadi seiring berjalannya proyek pabrik baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Indonesia berencana ekspor baterai litium EV. Saya lihat kita berharap dengan kerja sama CATL kita bisa produksi kuartal IV-2024, 2030 menjadi nomor 2-3 penyumbang litium baterai," kata Luhut dalam kegiatan Peluncuran Laporan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tiongkok di Indonesia, Jumat, 28 Oktober 2022.
Ia menuturkan, Indonesia terbuka jika ada pihak yang ingin terlibat dalam proyek tersebut. Luhut mengatakan, kesiapan ini dilakukan karena Indonesia akan melanjutkan transisi ke ekonomi hijau.
"Tiongkok menjadi salah satu investor kami yang mengikuti aturan di Indonesia untuk investasi. Mereka juga sadar akan ekonomi hijau," sambungnya.
Baca juga: Luhut: Tiongkok Punya Andil Ketahanan Ekonomi Indonesia di Tengah Gejolak |
Pada Agustus lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai lithium global. Produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat ikut berinvestasi di Indonesia.
Setelah nikel, pemerintah juga akan mendorong hilirisasi bauksit, hilirisasi tembaga, dan timah. Sehingga Indonesia harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia.
"Selain hilirisasi, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau harus terus kita tingkatkan. Persemaian dan rehabilitasi hutan tropis dan hutan mangrove, serta rehabilitasi habitat laut, akan terus dilakukan, dan akan menjadi potensi besar penyerap karbon," ujar Jokowi.
Dikatakan Jokowi, energi bersih dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak laut, dan energi bio, akan menarik industrialisasi penghasil produk-produk rendah emisi. Kawasan industri hijau di Kalimantan Utara akan menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News