Presiden Joko Widodo. Foto: Biro Pers Setpres.
Presiden Joko Widodo. Foto: Biro Pers Setpres.

Indo Defence 2022 Bisa Perkuat Industri Pertahanan Negara

Al Abrar • 03 November 2022 17:50
Jakarta: Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta mengapresiasi rencana besar Presiden Joko Widodo dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto yang akan menguatkan peralatan pertahanan dan keamanan dalam negeri.
 
"Tadi juga saya melihat Indo Defence, jadi saya melihat ini peluang kebangkitan untuk alutsista, terutama yang dari lokal. Selain dari lokal minimal kandungan lokalnya kan jadi tantangan sebenarnya bagi kita kan," kata Stanislaus saat dihubungi, Kamis, 3 November 2022.
 
Pengamat dari Universitas Indonesia (UI) ini menuturkan, jika merujuk pada alutsista yang dipamerkan pada acara Indo Defence 2022 Expo dan Forum yang digelar di JEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat itu, sistem pertahanan Indonesia sangat baik dan modern. 

"Saya yakin ketika melihat Indo Defence, kita ini sebenarnya enggak tertinggal, kita cukup maju walaupun ada beberapa hal yang mungkin kita belum mampu ke sana, misalnya pesawat terbang atau pesawat tempur,” ujarnya.
 
"Tetapi kan banyak cara, misalnya kita kan bisa transfer teknologi atau kerja sama dengan skema seperti itu tapi yang jelas saya tidak khawatir dengan industri pertahanan kita," sambungnya.
 
Stanislaus meyakini Indonesia bisa mandiri dalam sistem pertahanan beberapa tahun ke depan, dan mampu bersaing dengan negara-negara besar, termasuk dengan negara keanggotaan NATO.
 
"Kita bisa mandiri dan Pak Jokowi dan Pak Menhan sepakat mendukung itu kita perlu meningkatkan industri pertahanan dalam negeri kita, kita enggak tertinggal kok dengan negara lain,” ucapnya.
 
Baca: 25 Perusahaan Inggris Pamer Kemampuan di Indo Defence Expo 2022
 
Dijelaskannya, dalam industri pertahanan tidak semata-mata soal nuklir, tetapi juga bisa berupa senjata berat dan hal ini didukung dengan sumber daya alam yang melimpah dari perut bumi Indonesia. Bahkan, melimpahnya bahan mentah di Indonesia bisa menjadi alat tukar dengan negara lain, namun tidak boleh Indonesia mengalami kerugian.
 
“Kan industri pertahanan tidak hanya nuklir, ya nuklir kan bisa jadi energi bisa jadi senjata tapi paling tidak begini ketika sumber daya alam itu ada di Indonesia ya dimanfaatkan gitu loh. Jika tidak ada ya dari luar misalnya kita ambil ya tapi jangan sampai skema kontraknya merugikan minimal ada transfer of technology (TOT) gitu loh,” jelasnya.
 
Melimpahnya sumber daya apam Indonesia membuat Stanislaus yakin betul dengan rencana Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo untuk menguatkan sistem pertahanan Indonesia. “Kita enggak khawatir dengan sumber daya alam sumber material sumber daya manusia. Saya yakin kita siap,” ungkapnya.
 
Untuk merealisasikan rencana tersebut, Stanislaus mengakui butuh kerja-kerja sama antara eksekutif dan legislatif. Dalam hal ini ada keputusan-keputusan politik dan tidak adanya kepentingan-kepentingan kelompok tertentu yang bisa menghambat rencana tersebut. 
 
“Perlu keputusan politik perlu dukungan dari tokoh politik juga nah jangan sampai dukungan-dukungan dari kelompok politik ini tidak clear atau jangan sampai ada kepentingan-kepentingan yang bisa menghambat alutsista. Jadi ini perlu ada kesepahaman dulu antara pemerintah kementerian dengan DPR terutama supaya dukungan ini menjadi bulat,” ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan