Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menyampaikan, pada 2022 pertumbuhan ritel Indonesia berada di kisaran 3,8-3,9 persen. Namun menurutnya, pertumbuhan di atas 4 persen dapat tercapai bila suasana kondusif dapat terjaga.
"Mudah-mudahan bisa di angka 4-4,2 persen, dengan catatan kalau suasana kondusif terjaga. Masalahnya kita enggak bisa kontrol, dalam hal politik, ketersediaan pangan, kestabilan harga," ujar Roy dalam jumpa pers Aprindo dilansir Antara, Rabu, 15 November 2023.
Ia menjelaskan, terdapat dua aspek yang mempengaruhi pertumbuhan ritel nasional yakni pesta demokrasi atau pemilu 2024 dan kestabilan pasokan dan harga kebutuhan barang pokok.
Baca juga: Konflik Palestina-Israel Jangan Korbankan Hak Konsumen |
Beberapa komoditas pangan yang harus menjadi perhatian pemerintah menjelang akhir 2023 meliputi beras, gula, bawang putih dan cabai. Kebutuhan barang pokok tersebut diprediksi akan mengalami peningkatan.
Sementara itu, Roy menyampaikan bahwa kondisi industri atau sektor ritel modern belum pulih 100 persen setelah pandemi covid-19. Ditambah lagi dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dunia seperti masalah geopolitik dan juga di dalam negeri.
"Kedua terjadi anomali finansial. Gejolak finansial atau gejolak keuangan karena geopolitiknya kena, maka finansialnya kena. kita tahu inflasi tinggi itu masih ada di berbagai negara yang masih punya inflasi 78-120 persen," ungkap Roy.
Roy juga mengatakan, saat ini negara-negara maju berupaya untuk menjaga inflasi dengan menaikkan fed rate. Amerika kini berada dalam posisi 5,5 persen dan akan terus naik hingga 6 persen.
Inflasi menjadi permasalahan yang tidak bisa cepat selesai karena gejolak politik sehingga ada permintaan dan suplai yang terganggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News