Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.
Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.

Ini Tantangan Investasi dan Ekonomi di Indonesia

Annisa ayu artanti • 10 Oktober 2025 11:02
Jakarta: Ketidakpastian ekonomi global masih membayangi perekonomian Indonesia. Fluktuasi pasar, perubahan tarif perdagangan, dan arah kebijakan dunia yang sulit ditebak menjadi tantangan tersendiri bagi stabilitas nasional. Isu ini mengemuka dalam Permata Bank Wealth Wisdom 2025.
 
Dekan ABDI dan Profesor Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Bambang Brojonegoro mengatakan, sekitar 90 persen dari tarif perdagangan dunia saat ini masih bersifat general tariff, dan dampaknya belum sepenuhnya bisa diprediksi. Data dari Amerika menunjukkan penerapan tarif justru dapat berdampak balik pada ekonominya sendiri. 
 
“Ini menggambarkan bahwa arah kebijakan global semakin sulit dipetakan,” ujar Bambang dikutip dari siaran pers, jumat, 10 Oktober 2025.

Investasi padat modal belum serap tenaga kerja

Menurut Bambang, investasi yang masuk ke Indonesia belum sepenuhnya berdampak pada penciptaan lapangan kerja karena sebagian besar masih bersifat padat modal. 

Ia menegaskan, tantangan ke depan bukan hanya menjaga pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memastikan perluasan kesempatan kerja.
 
Dalam situasi seperti ini, penguatan industri domestik menjadi penting agar ekonomi nasional tetap tangguh menghadapi arus impor dan perubahan global yang cepat.
 
Baca juga: Butuh Kehati-hatian Hadapi Dampak Gejolak Ekonomi Global

Sektor potensial penopang pertumbuhan

Meski tantangan global masih besar, sejumlah sektor tetap menunjukkan potensi tinggi. Sektor Transportasi dan Pergudangan tumbuh pesat seiring peningkatan perdagangan dan logistik. 
Sementara sektor Jasa Perusahaan dan Jasa Lainnya terdorong oleh penerapan kecerdasan buatan (AI) yang meningkatkan efisiensi bisnis.
 
Sektor Informasi dan Komunikasi juga menunjukkan prospek cerah berkat meningkatnya kebutuhan layanan digital, sementara Perdagangan terus tumbuh berkat ekspansi pasar daring dan naiknya konsumsi masyarakat.

Stabilitas rupiah dan optimisme 

Dari sisi pasar keuangan, Presiden Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi, mengatakan arah ekonomi global masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan di Amerika Serikat, terutama terkait inflasi dan suku bunga. 
 
“Risiko inflasi yang tetap tinggi dapat menahan penurunan suku bunga dan memberi tekanan pada pasar keuangan global,” ujarnya.
 
Dari sisi domestik, realisasi anggaran pemerintah hingga Agustus menunjukkan pelebaran defisit seiring meningkatnya belanja negara. 
 
Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 diperkirakan tetap positif di kisaran 5 persen, mencerminkan optimisme terhadap pemulihan yang lebih kuat.
 
Stabilitas rupiah disebut menjadi kunci kepercayaan investor dan katalis positif bagi iklim investasi. Namun, Indonesia perlu terus memperkuat diversifikasi ekspor agar tidak bergantung pada komoditas semata.
 
Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,1 persen, Indonesia dihadapkan pada tantangan keluar dari middle income trap menuju visi Indonesia Emas 2045. 
Momentum bonus demografi dan dorongan inovasi dinilai menjadi kunci dalam memperkuat fondasi ekonomi menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Wealth Wisdom 2025

Ajang Wealth Wisdom 2025 yang diselenggarakan oleh Permata Bank tidak hanya membahas isu ekonomi, tetapi juga keseimbangan hidup antara finansial, kesehatan, dan pendidikan sebagai pilar kesejahteraan.
 
Acara ini menghadirkan berbagai tokoh publik seperti Airlangga Hartarto, Basuki Tjahaja Purnama, Prof. Rhenald Kasali, Prof. Eka J. Wahjoepramono, Shinta Kamdani, Adrianto Djokosoetono, Stephanie Gunadi, Andy F. Noya, dan Raymond Chin.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan