Peneliti Tambang dari Alpha Research Database (ARD) Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan demikian karena tidak adanya keterbukaan yang dilakukan perusahan asal Tiongkok tersebut.
Banyak pihak termasuk sejumlah peneliti tidak pernah tahu seperti apa sistem dan peralatan kerja yang digunakan di wilayah pertambangan mereka.
"Dan saya yakin teman-teman media juga kalau mau ke sana (PT IMIP) akan sulit masuk," kata dia, dilansir Media Indonesia, Rabu, 27 Desember 2023.
Ferdy mengaku, tidak bisa menganalisis secara persis apa yang terjadi di kawasan industri smelter nikel Morowali karena tidak pernah masuk ke dalam. Beda misalnya, bicara tentang pertambangan di Freeport, Vale, Aman Mineral, dan Adaro.
Baca juga: Buruh Ungkap Upah Murah hingga Mengabaikan K3 Akar dari Ledakan Tungku Smelter Morowali |
"Semua perusahaan itu kita tahu karena kita lihat teknologi yang digunakan. Dan mereka semua punya SOP sangat ketat terkait security itu loh. Mitigasi risikonya juga mereka punya," ucap dia.
"Nah, yang perusahaan Tiongkok itu kita tidak pernah tahu. Mereka menutup diri untuk tidak transparan," ungkap dia.
Tegur IMIP agar transparan
Selama ini, lanjut Ferdy, ia sudah mendorong Forum Industri Nikel Indonesia agar menegur perusahaan Tiongkok itu untuk transparan."Tapi sampai saat ini, perusahaan Tiongkok itu masih saja menutup diri,” ujar dia.
Oleh karena itu, Ferdy meminta Kementerian ESDM mengevaluasi secara menyeluruh seluruh perusahaan Tiongkok khususnya di PT IMIP di Morowali. Sebab jangan sampai, teknologi yang dibikin selama ini di site mereka adalah teknologi murah meriah.
"Kita tahu Tiongkok kan, yang penting semuanya diambil mereka tidak peduli teknologinya jenis apa mereka angkut saja. Dan risikonya terjadi sekarang, tenant itu berbahaya yah kalau tidak ada mitigasi dan SOP yang ketat gitu loh," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News