Direktur IT & Digital Maybank Indonesia, Bambang Andri Irawan dan Charles Budiman dalam acara Media Update – Shaping The Future of Digital Banking (Foto: Medcom.id)
Direktur IT & Digital Maybank Indonesia, Bambang Andri Irawan dan Charles Budiman dalam acara Media Update – Shaping The Future of Digital Banking (Foto: Medcom.id)

Persaingan Bank Digital Semakin Sengit, Begini Strategi Maybank Indonesia

Muhammad Syahrul Ramadhan • 04 Desember 2025 17:28
Jakarta: Maybank Indonesia memaparkan strategi layanan digital yang berfokus pada pemahaman segmen nasabah, kemudahan akses layanan, serta pengembangan ekosistem terbuka untuk memperluas jangkauan layanan perbankan. 
 
Head of Digital Banking Maybank Indonesia, Charles Budiman, menjelaskan bahwa penentuan strategi digital bukan lagi ditentukan berdasarkan kategori demografis sederhana, seperti kota atau desa, tetapi dibangun berdasarkan tahapan hidup nasabah. Strategi ini diharapkan dapat membuat layanan lebih relevan dan tepat sasaran.
 
Menurut Charles, Maybank Indonesia mengelompokkan nasabah dalam empat kelompok berdasarkan siklus hidup, yaitu young professional, young family, midlifer, dan saga (silver age, golden age). Ia menjelaskan bahwa pengelompokan ini membantu bank untuk menyesuaikan layanan dengan kebutuhan spesifik di tiap fase kehidupan. 

“Nasabah itu kita grupkan berdasarkan life cycle, bukan berdasarkan kotak atau apa. Setiap segmen ini pendekatannya berbeda,” ujar Charles dalam acara Maybank Indonesia Media Update – Shaping The Future of Digital Banking di Jakarta, Kamis, 4 Desember 2025. 
 
Ia menambahkan bahwa mayoritas nasabah yang disasar Maybank Indonesia saat ini berada di kota-kota besar, terutama profesional dan pengusaha. 
 
“Relatively kalau kita pakai definisi itu, kebanyakan nasabah yang memang kita fokuskan adalah mainly yang ada di kota-kota besar. Profesional, entrepreneur gitu ya,” ungkapnya.

Keterbatasan Infrastruktur Internet Masih Menjadi Tantangan


Charles mengakui bahwa layanan digital masih bergantung pada kualitas infrastruktur internet. Meski demikian, ia menilai bahwa akses internet di wilayah-wilayah terpencil telah berkembang jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
 
“Pertanyaannya sama seperti saya punya mobil tapi tidak ada jalanan, bisa tidak saya pakai mobil saya? Susah. Tapi perkembangan infrastruktur di remote area sekarang jauh lebih bagus dibandingkan zaman dulu,” ujarnya. 
 
Ia menambahkan, karena mayoritas segmen yang disasar berada di perkotaan, kesulitan akses internet relatif tidak menjadi hambatan utama bagi Maybank Indonesia, meski tantangan tersebut tetap menjadi perhatian. 

Persaingan 106 Bank dan Strategi Maybank Indonesia


Dalam menanggapi persaingan industri perbankan, Charles menyebut bahwa terdapat 106 bank di Indonesia, yang dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu bank besar yang sudah lama berdiri, bank kecil yang diakuisisi dan ditransformasi menjadi digital bank, serta bank dengan investasi digital terbatas. 
 
Bank digital, kata Charles, cenderung gesit dan agresif dalam menarik pengguna baru, namun menghadapi tantangan dalam membangun basis nasabah awal. Hal itu menyebabkan banyak dari mereka menempuh strategi seperti bakar uang untuk mempercepat pertumbuhan. 
 
Sementara itu, Maybank Indonesia sebagai bank besar memiliki modal awal berupa basis nasabah fisik dan tim penjualan, sehingga strategi yang dilakukan tidak hanya berorientasi pada akuisisi massal, tetapi juga pada edukasi dan migrasi nasabah eksisting ke kanal digital. 
 
“Kami fokusnya dua-duanya. Kalau tidak tambahkan nasabah baru, tidak sustainable juga,” tegas Charles. 
 
Baca juga: Perkuat Layanan Digital, Maybank Indonesia Modernisasi Teknologi dan Kembangkan M2U ID
 

Pengembangan Open Banking untuk Perluas Ekosistem

Selain memperkaya fitur aplikasi bank sendiri, Maybank Indonesia juga mengembangkan kapabilitas open banking untuk memperluas ekosistem layanan digital.
 
Charles menjelaskan bahwa strategi ini mencakup dua pendekatan, yaitu pengembangan open API, untuk mempermudah integrasi dengan ekosistem digital lain, serta Bank as a Service, di mana layanan Maybank dapat digunakan oleh pihak ketiga dan memungkinkan cross-selling 
 
“Investasi digital itu besar dan hanya bisa justify kalau kita punya customer base yang besar. Dengan ekosistem ini, kita bisa generate volume transaksi lebih besar,” jelasnya. 
 
Strategi ini juga menunjukkan bahwa persaingan digital banking tidak hanya terjadi antar aplikasi, tetapi antar ekosistem layanan.
 
Charles kemudian menegaskan bahwa strategi digital tidak dapat dilakukan secara instan, mengingat sifat industri perbankan yang sangat regulatif dan berisiko tinggi.
 
“Kalau kita bicara retail, size matters. Investasinya cukup besar dan hanya bisa justify kalau punya customer base yang besar,” tutup Charles. 
 
(Sheva Asyraful Fali)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RUL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan