Dalam laman resmi yang dikelola Bank Indonesia dan pemerintah tersebut, telur ayam ras segar menjadi komoditas pangan yang paling tinggi kenaikannya secara persentase. Komoditas tersebut dijual dengan harga Rp28.750 per kg, naik 1,41 persen atau Rp400.
Selanjutnya ada minyak goreng kemasan bermerek 2, yakni minyak goreng dengan dua kali proses penyaringan RBD Palm Olein. Dijual dengan harga Rp18.900 per kg, minyak goreng kemasan bermerek 2 naik 0,8 persen atau Rp150.
Kemudian daging ayam ras segar yang mengalami kenaikan 0,76 persen atau Rp250 menjadi Rp33.300 per kg, cabai rawit merah naik 0,71 persen atau Rp500 menjadi Rp71.400 per kg, cabai merah beras naik 0,58 persen atau Rp250 menjadi Rp43.200 per kg.
Lalu ada beras kualitas bawah II yang naik 0,45 persen atau Rp50 menjadi Rp11.100 per kg, beras kualitas medium II naik 0,4 persen atau Rp50 menjadi Rp12.550 per kg, beras kualitas medium I naik 0,39 persen atau Rp50 menjadi Rp12.800 per kg.
Berikutnya gula pasir lokal naik 0,36 persen atau Rp50 menjadi Rp14.100 per kg, minyak goreng curah naik 0,34 persen atau Rp50 menjadi Rp14.550 per kg, serta minyak goreng kemasan bermerek I yang naik 0,25 persen atau Rp50 menjadi Rp20.200 per kg.
Di sisi lain, hanya ada tiga komoditas pangan yang mengalami penurunan harga pada hari ini. Di antaranya cabai rawit hijau yang turun 0,7 persen atau Rp300 menjadi Rp42.800 per kg, cabai merah keriting turun 0,56 persen atau Rp250 menjadi Rp44.700 per kg, dan bawang putih ukuran sedang turun 0,15 persen atau Rp50 menjadi Rp32.350 per kg.
Buka opsi impor beras
Dikutip dari Antara, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan akan membuka opsi impor beras dari India guna mencukupi kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
"Maksud saya beli dulu, nanti masuknya setelah panen raya tidak apa-apa. Jadi Bulog punya stok tapi di India," katanya.
Usulan impor beras dari India tersebut, diakui Zulhas muncul usai kunjungan kerjanya di India beberapa hari lalu. Menurutnya, persoalan pangan merupakan masalah serius yang harus disiapkan sejak jauh-jauh hari.
Sehingga, lanjut dia, impor beras bisa menjadi opsi jika pada musim panen raya ini Bulog tidak mampu memenuhi kecukupan stok CBP.
"Sekarang stoknya kan ga ada, ada tapi ga banyak harus sampai 1,2 (juta ton). Tadi saya tanya panen ini sudah beli berapa Bulog, baru 35 ribu ton," ucapnya.
Jaga-jaga sebelum dibatasi
Zulhas menjelaskan, di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini, masing-masing negara membatasi akses penjualan, termasuk penjualan beras. Jika tidak bergegas mengambil mitigasi, ia khawatir stok beras tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Jadi harus siap-siap. Siap-siap itu artinya kita harus punya cadangan di luar negeri kalau sewaktu-waktu diperlukan, nanti ada. Jangan sampai kita mau beli tidak ada barangnya, bukan impor sekarang," ungkapnya.
Kendati demikian, ia menegaskan impor beras dari India tersebut baru sebatas usulannya dan belum didiskusikan lebih lanjut dengan stakeholder terkait, apalagi membuat kesepakatan dengan Pemerintah India.
Baca juga: Jokowi Ogah Turunkan Harga Beras dengan Impor |
Badan Pangan Nasional fokus serap gabah
Menanggapi usulan tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menegaskan saat ini pihaknya hanya akan fokus pada penyerapan gabah dan padi pada musim panen raya.
Terkait keputusan impor untuk memenuhi stok CBP, hal tersebut diakuinya akan diperhitungkan lebih lanjut usai musim panen raya berlangsung.
"Bulog karena penugasan dari Badan Pangan. Hari ini kita lagi panen raya, kita akan hitung setelah panen raya, itu fair," ucap dia.
Impor beras masih dikalkulasi
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyampaikan, stok CBP saat ini berjumlah 280 ribu ton dan sudah menyerap 35 ribu ton dari hasil panen raya.
Stok tersebut nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bantuan sosial beras kepada penerima dengan jumlah total 210 ribu ton. Sedangkan sisanya akan digunakan untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).
Terkait impor beras, tegasnya, akan diputuskan usai Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penghitungan terkait hasil panen raya. Jika pun nantinya harus impor, ia mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut karena persentase impor hanya sebagian kecil dari total produksi beras nasional.
"Keputusannya nanti, beliau (Mendag) akan lapor dengan Pak Presiden dari hasil kunjungan beliau ke negara-negara itu. Nanti Pak Presiden akan memerintahkan Rakortas di bawah pimpinan Pak Menko Perekonomian, nanti hasilnya kayak apa, banyak kementerian/lembaga yang terlibat," ucap dia.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News