Saat ini masih pengembangan masih dilakukan dalam skala pilot project untuk menghitung kualitas bahan bakar yang dihasilkan dan nilai keekonomiannya.
"Pengembangan bahan bakar nabati yang renewable dan terbukti dapat meningkatkan perekonomian rakyat kecil. Ini sesuatu yang bagus dan sudah ada contohnya di beberapa negara tropis seperti di Brasil," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dilansir dari laman Kementerian ESDM, Kamis, 20 Juli 2023.
Menurut Arifin, pengembangan jenis bahan bakar baru harus melalui serangkaian tahapan dan pengujian agar tergambar kelayakan untuk diproduksi secara massal.
Baca juga: Pertamina: Pertamax Green 95 Bersaing Dikelasnya |
"Kita saat ini baru pada tahap pilot, baru akan ada scale up. Nanti baru dianalisis keekonomiannya dan selama itu harus juga ada free marketing. Uji coba dulu respons dari masyarakat baik atau tidak kemudian kualitasnya bagus atau tidak dan memang harus ada tahap-tahapan seperti itu. Jika sudah skala besar, kita akan bangun industrinya," tuturnya.
Presiden Joko Widodo pada 4 November 2022 telah meluncurkan program bioetanol tebu untuk ketahanan energi. Peresmian tersebut dilaksanakan di sela kunjungan kerja di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Sementara itu, Tim Studi Bioetanol ITB telah melakukan kajian pencampuran etanol lima persen ke dalam pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92). Studi ITB tersebut konsisten dengan kajian pencampuran etanol lima persen dengan pertalite RON 90 yang dilakukan oleh PT Pertamina.
Memiliki banyak manfaat
Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi melalui pengurangan ketergantungan impor bahan bakar minyak nasional, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.Hasil riset ITB tersebut juga menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar USD2,6 miliar dari substitusi impor diesel melalui program biodiesel kelapa sawit.
Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35,6 juta kiloliter pada 2040 atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak pada 2021.
Baca juga: Bensin Bioetanol Mulai Diujicoba |
Penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM juga dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.
Manfaat lain bioetanol juga adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 43 persen termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5 dan meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025.
Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News