Ilustrasi, ERP Jakarta. Foto: MI/Immanuel.
Ilustrasi, ERP Jakarta. Foto: MI/Immanuel.

Ditolak di Berbagai Kota Besar Dunia, Apakah ERP di Jakarta Bakal Efektif?

Husen Miftahudin • 21 Februari 2023 13:48
Jakarta: Perbincangan terkait rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang akan menerapkan Electronic Road Pricing atau ERP ternyata bukan menjadi hal baru. Penolakan terhadap sistem ini ternyata juga terjadi di banyak kota-kota dunia yang relatif sudah memiliki sistem transportasi lebih maju dari Jakarta.
 
Menurut Ketua Forum Transportasi Perkotaan Masyarakat Transportasi Indonesia Budi Yulianto, penolakan warga terhadap kebijakan ini seringkali menjadi batu sandungan dalam penerapan ERP di berbagai kota negara-negara lain.
 
Budi mengambil contoh penerapan ERP di Inggris, yang walaupun berhasil diterapkan di London, namun gagal diterapkan di kota-kota lainnya di Inggris, seperti Birmingham, Cardiff, dan Liverpool.

"Di tiga kota itu tidak berhasil lantaran masyarakat menolak keberadaan ERP yang diyakini program tersebut tidak akan berhasil mengurai kemacetan," kata Budi dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 21 Februari 2023.
 
Budi mengingatkan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu mendengar masukan publik yang lebih luas terkait rencana penerapan ERP ini. Apalagi dengan fasilitas transportasi yang aman dan nyaman secara ekonomi sebagai kompensasinya belum tersedia.
 
"Ketika masyarakat memilih menggunakan kendaraan umum berupa taksi online dan ojek online namun tetap terkena ERP, tentu juga akan keberatan," ketusnya.
 
Budi mengkhawatirkan ada persepsi publik yang menganggap dengan adanya ERP masyarakat dipaksa untuk membayar. Hal ini mengingat tidak adanya pilihan lain ketika hendak melalui ruas jalan tertentu.
 
"Jadi Pemprov DKI Jakarta harus benar-benar membuktikan kepada masyarakat bahwa program ini akan berhasil dan bisa menciptakan integrasi transportasi strategis yang dapat mengatasi kemacetan dan kesulitan-kesulitan teknikalnya. Nah, ini harus dipahami Pemda DKI Jakarta karena program ini banyak melibatkan kebijakan,” ucapnya.


Banyak penolakan


Penerapan ERP di banyak kota-kota di dunia memang lebih banyak didominasi oleh penolakan yang membuat penerapannya dibatalkan atau penundaan implementasi. Walau disebut-sebut berhasil di Singapura, London, dan Stockholm, penerapan ERP justru lebih banyak gagal terimplementasi di kota-kota besar dunia lain, seperti Hong Kong yang sejak 1983 memperkenalkan ide ERP namun hingga kini tidak kunjung dilaksanakan karena ramainya penolakan warga.
 
Paling terkini, isu penerapan ERP bahkan menjadi komoditas politik yang begitu hangat di New York. Penolakan demi penolakan muncul justru di saat pemerintah telah mendapatkan persetujuan dari badan legislatif kota New York dan direncanakan akan diterapkan di 2023.
 
Penolakan terbesar terutama datang dari para politisi dari kota-kota penyangga kota New York, seperti New Jersey yang merasa penerapan ERP akan semakin mempersulit hidup warganya yang sehari-sehari bekerja di New York. Penolakan dari banyak pihak di berbagai kota tersebut juga mulai bermunculan di Jakarta.
 
Sebelumnya, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta) juga mengeluarkan pernyataannya terkait pelaksanaan ERP. Menurut LBH Jakarta dalam pernyataan resminya, ERP disebut sebagai sebuah solusi yang tidak berkeadilan, di tengah buruknya sistem transportasi di Jakarta.
 
Paling tidak terdapat tiga hal yang menurut LBH Jakarta membuat ERP tidak berkeadilan, yakni minimnya partisipasi publik, aksesibilitas transportasi yang buruk, serta dampaknya terhadap kelompok ekonomi lemah.
 
Baca juga: Komisi B DPRD DKI Bakal Panggil Kadishub Ihwal Kejelasan Raperda Terkait ERP
 

Penerapan ERP perlu pertimbangan matang


Pakar Transportasi dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, Pemprov DKI Jakarta perlu untuk mempertimbangkan hal-hal tersebut sebelum memutuskan penerapan ERP. Ia mengingatkan agar pemerintah tidak terpaku kepada penerapan ERP saja, namun juga harus mempertimbangkan segala bentuk kebijakan yang mungkin lebih efektif dan lebih mudah diterima publik.
 
Salah satunya adalah pengenaan biaya parkir progresif. Misalnya, untuk tarif parkir yang lokasinya berada semakin dekat ke pusat kota, maka tarif parkirnya akan semakin mahal. Selain itu, juga perlu disediakan kantong-kantong parkir yang nyaman dan dekat dengan transportasi publik.
 
"Jadi ada alternatif-alternatif lain yang diberikan kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa melihat mana nanti yang bisa menekan atau mengurai kemacetan lalu lintas," imbuh Nirwono.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan