Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten. Foto: Dokumen PLN
Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten. Foto: Dokumen PLN

PLN Tekan Emisi Karbon hingga 717.616 Ton CO2 Lewat Cara Ini

Annisa ayu artanti • 19 Oktober 2023 13:56
Jakarta: PT PLN (Persero) mencatat penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara lewat teknologi co-firing pada 41 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di seluruh Tanah Air telah menekan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2.
 
Hingga triwulan III-2023, PLN mampu memproduksi energi bersih sebesar 718.458 megawatt hour (mwh).
 
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, program co-firing berhasil diimplementasikan pada 41 PLTU dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 668.869 ton.
 
"Program co-firing langkah nyata PLN untuk menekan emisi karbon guna mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emissions pada 2060. Melalui program ini PLN bisa menurunkan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, Kamis, 19 Oktober 2023.

Darmawan memaparkan, penggunaan biomassa untuk program ini ditargetkan mencapai 1,08 juta ton pada akhir tahun. Penggunaan biomassa ini akan terus ditingkatkan hingga mencapai 10,2 juta ton pada 2025.
 
Baca juga: Co-Firing Jadi Jagoan PLN Tekan Emisi Gas Rumah Kaca, Apa Itu?

Listrik hijau

Selain itu, kata Darmawan, penerapan co-firing ditargetkan mampu menghasilkan listrik hijau hingga 942 ribu mwh pada akhir 2023.
 
PLN optimistis dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton CO2 pada 2023 bisa tercapai. Apalagi, PLN juga telah merancang peta jalan nasional program co-firing hingga 2025.
 
"Ke depan PLN akan lebih trengginas lagi mengimplementasikan program co-firing dari 41 PLTU yang sudah terealisasi ke PLTU lainnya, sehingga secara  bertahap target 52 PLTU di 2025 nanti bisa tercapai dan terus menyumbang kontribusi peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT),” jelas Darmawan.
 
Di samping itu, Darmawan menegaskan program co-firing bukan hanya upaya dalam mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan. Dalam pelaksanaannya, co-firing juga melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan sebagaimana prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).
 
Darmawan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam menyediakan rantai pasok biomassa program co-firing ini. Biomassa yang dipergunakan di antaranya sawdust atau serbuk gergaji, serpihan kayu, cangkang sawit, bonggol jagung, dan bahan bakar jumputan padat.
 
"Dalam menyediakan rantai pasok ini, kami menjalin kerja sama dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah hingga kelompok masyarakat. Sehingga program ini memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung,” ucap Darmawan.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan