"Ini tentu saja dengan berbagai extraordinary effort di antaranya adalah biomass co-firing," kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, Rabu, 15 Februari 2023.
Darmawan menjelaskan, selain menekan emisi gas rumah kaca co-firing biomassa berhasil meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT). Melalui biomassa, menjadikan pembangkit PLN episentrum pendayagunaan ekonomi kerakyatan.
"Jadi pengadaan dari biomassa ini berbeda dengan pengadaan dari batu bara karena ini berbasis pada penggunaan lahan mendayagunakan petani energi dengan jumlah yang sangat besar," ucapnya.
| Baca juga: Perlu Energi Bersih, Tanzania Ajak PLN Bangun Sistem Kelistrikan Afrika Timur |
Apa itu co-firing biomassa?
Melansir Rencana Co-firing pada PLTU Kementerian ESDM, co-firing merupakan rencana substitusi batu bara dengan bahan biomassa pada rasio tertentu. Adapun bahan biomassa seperti wood pellet, cangkang sawit dan sawdust (serbuk gergaji). Sementara dijelaskan dalam laman PLN, co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU.Pada Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), tertuang rencana PLN untuk mengimplementasikan co-firing pada 52 unit PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).
Pada 2024, diperkirakan kapasitas total co-firing pada PLTU PLN mencapai 18 GW. Rencana co-firing ditujukan untuk mendukung pengembangan EBT di Indonesia. Dengan menerapkan co-firing, pemanfaatan EBT dapat dilaksanakan secara cepat tanpa perlu adanya pembangunan pembangkit baru.
Sepanjang 2022 ini PLN mengimplementasikan teknologi co-firing ini di 36 lokasi PLTU dari target 35 lokasi. Program co-firing PLN tersebut mampu memproduksi energi bersih sebesar 575,4 GWh dan berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 570 ribu ton CO2 dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 542 ribu ton.
Cara lain PLN tekan emisi
Selain melalui co-firing, Darmawan juga menyebutkan beberapa upaya lain yang dilakukan perusahaan pelat merah itu dalam meminimalisir gas rumah kaca, di antaranya mengganti teknologi dalam PLTU dari sub-critical menjadi supercritical dan ultra super critical. Kemudian PLN juga menerapkan teknologi carbon capture, yaitu proses penangkapan dan penyimpanan karbon dioksida selama persiapan bahan bakar fosil maupun dari limbah hasil pembakarannya."Kemudian kami membangun hidro covery dan steam generator, jadi menjadi combine cycle sehingga dengan konsumsi gas yang sama produksi listriknya dapat meningkat satu setengah kali lipat, kemudian kami juga membangun renewable energi dengan total maka dibanding dengan bisnis as usual kami bisa mengurangi emisi karbon sekitar 60 juta ton secara akumulasi," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id