Komitmen tersebut disampaikan dalam ajang 25th World LNG Summit & Awards 2025 yang digelar di Istanbul, Turki. Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, menjadi salah satu pembicara pada sesi “LNG Infrastructure in an Evolving Global Energy System” yang membahas arah pengembangan infrastruktur LNG global di tengah dinamika sistem energi dunia.
Dalam forum tersebut, Rakhmad menjelaskan kebutuhan gas di Indonesia tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan pengembangan energi baru terbarukan. Sektor kelistrikan menjadi pendorong utama, dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 5,3 persen per tahun hingga 2034.
"Gas akan menjadi pelengkap pengembangan renewable energy di Indonesia dan dengan penurunan produksi gas pipa yang sebagian besar berasal dari matured field, sejak tahun lalu LNG mulai memegang porsi yang lebih dominan sekitar 55 persen dibandingkan gas pipa untuk memasok sektor kelistrikan. Tahun ini, PLN EPI memasok sekitar 90 kargo atau sekitar 5,3 juta ton LNG setahun", ungkap Rakhmad dikutip dari keterangan tertulis pada Jumat, 26 Desember 2025.
| Baca juga: PLN Perkuat Keandalan Listrik Tarakan Lewat Fasilitas Regasifikasi LNG |
Konsumsi LNG diproyeksi tumbuh dua digit
Rakhmad menambahkan, seiring meningkatnya permintaan domestik, konsumsi LNG diproyeksikan tumbuh lebih dari 10 persen per tahun. Kebutuhan LNG PLN EPI diperkirakan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan."Dengan pertumbuhan permintaan gas di domestik tersebut, LNG akan tumbuh di atas 10% per tahun. Kebutuhan LNG PLN EPI akan tumbuh menjadi 6,2 juta ton di tahun 2026 dan pada tahun 2030 diharapkan melebihi 10 juta ton LNG setahun. Pertumbuhan pesat LNG juga terjadi di negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Thailand dan Filipina yang membuktikan bahwa kawasan Asia Tenggara bersama Asia Selatan menjadi kawasan dengan pertumbuhan LNG tertinggi di dunia," jelas Rakhmad.
Untuk menjawab tantangan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, PLN EPI menerapkan strategi pengembangan infrastruktur LNG yang fleksibel dan efisien. Pendekatan ini mengombinasikan berbagai solusi regasifikasi sesuai dengan karakteristik kebutuhan di tiap wilayah.
"Kami mengkombinasikan solusi Floating Storage Regasifikasi Unit (FSRU) dan Onshore Regasifikasi Unit baik melalui kapal maupun iso tank dengan skema milk and run atau hub and spoke sebagai virtual pipeline mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan permintaan yang relatif kecil tapi tersebar luas. Kita merencanakan sekitar 13 FSRU dan hampir 50 onshore regasifikasi unit yang akan kita bangun di 56 lokasi di seluruh Indonesia sehingga kapasitas storage LNG Indonesia dapat ditingkatkan menjadi 1.2 juta m3 LNG dengan kapasitas regasifikasi hampir 4 milyar kaki kubik per hari. Pengembangan infrastruktur LNG ini adalah bagian dari pengembangan baik energy security maupun energy sustainability," tutur Rakhmad.
Pengembangan bertahap dan kolaboratif
Rakhmad juga menekankan pentingnya pembelajaran dari berbagai proyek LNG sebelumnya, baik di dalam maupun luar negeri. Konsep pengembangan bertahap dipilih untuk memastikan kesesuaian antara permintaan dan kapasitas, sekaligus mempercepat eksekusi proyek.Selain itu, kemitraan strategis dengan berbagai pihak dinilai krusial untuk memberikan kepastian pasokan LNG serta jaminan pengambilan gas, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan mitra dan lembaga pembiayaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News