Asal tahu saja, alasan DBS hengkang dari pendanaan Adaro Energy Indonesia adalah menjalankan komitmennya untuk mengurangi eksposur batu bara hingga nol pada 2039.
"Kami mencatat baik keputusan mereka. Saat ini, Adaro Indonesia tidak memiliki kebutuhan pembiayaan segera," ujar Head of Corporate Communication Adaro Febriati Nadira, dilansir Media Indonesia, Kamis, 8 September 2022.
Baca juga: Setelah Standard Chartered, DBS Juga Keluar dari Pendanaan Adaro |
Menurutnya, ketika kebutuhan pendanaan muncul Adaro akan mengeksplorasi dan mengevaluasi opsi pendanaan yang tersedia, baik dari pasar surat utang maupun ekuitas.
Lalu, terkait dorongan agar perusahaan batu bara segera melakukan transisi bisnis untuk mengurangi emisi, pihaknya menekankan komitmen pada perbaikan kinerja lingkungan.
Dalam hal ini, emiten berkode ADRO itu akan menjalankan kegiatan operasional penambangan terintegrasi, yang merujuk pada prinsip good mining practices.
"Adaro peduli dengan isu perubahan iklim dan bisnis. Kami sudah beradaptasi dengan isu ini dengan tetap menunjukkan komitmen dalam menjalankan program keberlanjutan," ucapnya.
Upaya tersebut mulai dari merestorasi lahan dengan program rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) seluas 298,36 hektare (ha). Lalu, telah diserahterimakan kepada pemerintah pada 2020 dan 2021.Langkah ini dinilai memberikan manfaat secara ekologi dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Bahkan, Adaro juga mendapat kepercayaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk merehabilitasi lahan DAS Menoreh seluas 512 ha di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah," jelasnya.
Menyoroti upaya pengurangan emisi di wilayah tambang, ia juga menambahkan sejak 2011 Adaro mempunyai biofuel project sebelum disyaratkan pemerintah.
"Dalam hal energi bersih, PLTU kami sedang mencoba menerapkan co-firing dengan biomassa untuk mengurangi emisi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News