Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Suswantono menyampaikan pembangunan smelter di industri mineral ini terbagi menjadi empat kategori sektor, yakni nikel, bauksit, besi, serta tembaga.
Adapun 16 smelter tersebut terdiri dari tujuh smelter di sektor nikel, tujuh smelter untuk bauksit, satu smelter sektor besi, dan satu smelter untuk industri tembaga.
Baca juga: Gubernur BI Ajak Pelaku Usaha dan Investor agar Tak Ragu Berinvestasi di Indonesia |
Investasi 7 smelter USD2,67 miliar
Dirinya mengatakan, tujuh smelter nikel memiliki nilai investasi sebesar USD2,67 miliar dan lima di antaranya sudah beroperasi sejak 2023.Sedangkan fasilitas pengolahan mineral terintegrasi di industri bauksit memiliki nilai investasi sebanyak USD5,85 miliar, realisasi investasi smelter besi sebesar USD51,5 juta, serta yang terbesar yakni nilai investasi di satu smelter sektor tembaga yang mencapai USD3,08 miliar.
"Smelter tembaga ditargetkan sebanyak satu unit, progres pembangunan 90 persen dengan total nilai investasi USD3.084 juta," kata Bambang dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, dilansir Antara, Selasa, 19 Maret 2024.
Selain itu dirinya mengatakan agar kebijakan hilirisasi di industri mineral lebih optimal dan efisien, pihaknya menerapkan strategi integrasi rantai pasok (supply chain) antara tambang dan smelter, melakukan pengintegrasian pelaku industri pengguna bahan olahan mineral yang masuk dalam kebijakan hilirisasi, serta menerapkan pengembangan industri lanjutan yang aplikatif.
Hilirisasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah di sektor mineral berdasarkan komoditasnya antara lain yakni besi, emas-perak, tembaga, timah, bauksit, dan nikel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News