Beberapa indikator dari Ease Doing Business yang masih dianggap merah di Indonesia. Misalnya, prosedur untuk memulai bisnis masih dianggap lama dan berbelit, jadi lebih 100 hari, trading cross border belum ada kemajuan.
Regulasi yang berbelit, insentif yang tidak jelas tentunya membuat investor enggan masuk ke Indonesia. Terlebih disituasi krisis dan ada ancaman resesi.
"Kalau mau jadi investor saya tidak mau melayang sia-sia, saya cari bisnis yang prospeknya bagus dan kepastian hukum," kata Esther.
Padahal, Indonesia punya potensi besar untuk bisnis dan investasi. "Indonesia ada potensi besar, kita lihat kasat mata, pasar besar, SDA melimpah, tenaga kerja murah, itu tidak dipunyai oleh Singapura, Tiongkok punya tetapi tidak semua SDA dia punya," kata Esther.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi di Indonesia hingga semester I-2022 sebesar Rp584,6 triliun, dari target Presiden Jokowi sebesar 1200 triliun. Investasi asing atau Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 53,1 persen dari total realisasi investasi sepanjang semester I-2022.
Nilainya adalah Rp310,4 triliun. Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA) berperan 46,9 persen dari total realisasi investasi. Nominalnya ada di Rp274,2 triliun.
Dalam lawatan Presiden Jokowi dan rombongan ke Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Daftar 'oleh-oleh' atau komitmen investasi yang dibawa Jokowi dari Tiongkok, Jepang, dan Korsel yang totalnya mencapai Rp175 triliun.
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengungkapkan bahwa investasi terbesar, yakni dari Mitsubishi Motors Corporation. "Sampai saat ini, MMC telah menginvestasikan Rp11,3 triliun hingga akhir 2021 untuk seluruh pabrik MMC di Indonesia. Targetnya, MMC akan menginvestasikan sekitar Rp10 triliun mulai 2022 hingga 2025," kata Airlangga.
Selain itu, ada pula komitmen dari Toyota Motor Corporation (TMC) dalam lima tahun ke depan (2022-2026) untuk menambah investasi sebesar Rp27,1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News