Petani milenial mulai kembangkan rempah termahal alias vanili. Foto: dok Kementan.
Petani milenial mulai kembangkan rempah termahal alias vanili. Foto: dok Kementan.

Minim Kompetitor, Petani Milenial Pilih Kembangkan Rempah Termahal

Ade Hapsari Lestarini • 22 September 2022 18:13
Sukabumi: Kelompok Tani Riady Vanilla & Abdullah sudah menggeluti komoditas vanili sejak 2017 hingga kini. Komoditas ini jika dijalankan dengan ketekunan dan kesabaran bisa menjadi sumber yang berharga dan sangat menghasilkan.
 
Vanili memiliki potensi besar, sehingga budi dayanya sangat terbatas dan hanya dapat dilakukan di negara dengan iklim tertentu seperti Indonesia. Hal ini membuat vanili minim kompetitor dan perang harga. Apalagi dengan proses pascapanen yang tepat dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih tinggi.
 
"Salah satu motivasi saya mengembangkan vanili karena sebagai rempah termahal (disebut emas hijau) setelah Safron membuat harga vanili Internasional terutama dalam bentuk kering sangat stabil," ujar Ketua Kelompok Tani Riady Vanilla & Abdullah, Riady Vanilla, Kamis, 22 September 2022.

Riady berbagi kisahnya dalam mengembangkan vanili. Dia menceritakan, bersama partnernya, Abdullah, sudah dapat merasakan harga vanili yang baik walau dengan trial dan error pascapanen yang cukup panjang.
 
Baca juga: Ceruk Pasar Menjanjikan, Vanili Khas Indonesia Siap Mendunia

"Kami sudah pernah jual ke Hotel Bintang 5 di Jakarta, kafe, dan bakery, serta luar negeri salah satunya Singapura, Jepang, Thailand, AS, Belanda, sebanyak 50 kilogram (kg). Selain itu, pernah membahas vanili dan rempah dalam industri kuliner sebagai petani vanili dan chef, karena sebelumnya saya berprofesi sebagai chef," jelasnya.
 
Dia pun berharap ke depannya hasil vanili dapat lebih berkualitas dan citra vanili Indonesia semakin baik di pasar dunia. Selanjutnya, petani vanili semakin sejahtera.
 
Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mendorong dan memotivasi agar generasi muda atau milenial berminat menggeluti bidang perkebunan. Sudah saatnya menggenjot regenerasi pekebun karena kebutuhan akan subsektor perkebunan kian diminati pasar dunia dan sebagai penerus bangsa khususnya dalam hal perkebunan.
 
Pada kesempatan yang berbeda, Dirjen Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah mengatakan potensi vanili atau emas hijau perkebunan Indonesia cukup besar dan tentunya perlu memperhatikan positioning atau strategi pasar yang tepat.
 
Diketahui saat ini harga vanili basah sekira Rp200 ribu-Rp300 ribu per kg. Sedangkan vanili kering kualitas biasa/asalan mencapai Rp1 juta-Rp3 juta per kg tergantung mutu grading. Sementara kualitas ekspor bisa di atas Rp5 juta-Rp7 juta per kg.
 
"Perlu strategi pasar yang kuat, salah satunya memperhatikan mutu dan kemasan produk agar dapat bersaing dipasar global. Selain itu juga diperkuat dan diarahkan melalui e-commerce atau digital marketing platform. Diharapkan vanili dapat dikembangkan secara luas dan pekebun semakin sejahtera," ungkap Andi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan